Kualitas passing dan visi bermain yang ia miliki akan membuat serangan Persib lebih rancak, ia juga bisa menyelesaikan peluang dengan baik.
Pengalamannya bermain di akademi Ajax Amsterdam bersama pemain-pemain sekaliber Frankie De Jong, Donny van de Beek, hingga bek Juventus, Matthijs de Ligt membuat permainannya begitu matang.
Ezra bukanlah target man, meski memiliki postur yang ideal, 185 sentimeter dan berbadan sedikit bongsor.
Ia tetap memiliki kecepatan dan taktik olah bola yang mumpuni. Di putaran pertama, ia bermain di belakang striker utama Persib dahulu, Wander Luiz.
Ezra lebih banyak bermain melebar dan melakukan penetrasi dari sisi tepi lapangan.
Baca juga: Arema FC Belum Sodorkan Perpanjangan Kontrak, Adilson Maringa Berpeluang Pergi Musim Depan
Ia bukan tipikal striker yang menunggu di kotak penalti, pergerakannya begitu cair dan rajin menjemput bola untuk menjadi jembatan antara lini tengah dan depan.
Cara Robert Rene Alberts memanfaatkan atribut Ezra Walian yang seperti itu kembali diulang saat Persib memiliki dua striker anyar di putaran kedua BRI Liga 1.
Kualitas Bruno dan David da Silva memang lebih mentereng dari Ezra dalam urusan mencetak gol.
Namun, ketika Robert membutuhkan efisiensi permainan dan kolektivitas di lini depan maka Ezra adalah jawabannya.
Kerja sama Bruno dan David da Silva tidaklah apik, saat melawan Bali United pada Kamis, (14/01/2022) adalah contohnya.
Persib Bandung hanya mampu menguasai ball possesion sebanyak 44 persen dan menghasilkan dua shot on target.
Alhasil, Maung Bandung pun harus rela dikalahkan Bali United dengan skor 1-0 lewat gol sundulan kepala yang dicetak oleh Stefano Lilipaly.
Robert pun belajar dari Shin Tae-yong untuk menerapkan permainan dengan memasang dua tipikal striker yang berbeda.
Beruntung Persib Bandung memiliki Ezra Walian yang tak akan kesulitan jika diberi peran sebagai second striker yang lebih banyak menjemput bola di tengah untuk menjadi pelayan striker utama Maung Bandung.