TRIBUNNEWS.COM - Usai gagal membawa Italia lolos ke Piala Dunia 2022 Qatar, Roberto Mancini dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk mengundurkan diri.
Dilansir The Sun, Mancini merasa sangat kecewa dengan kegagalannya di partai play off, kemungkinan besar, ia akan memilih untuk mundur dari kursi kepelatihan Gli Azzurri.
Nama-nama pelatih elite pun telah disiapkan Italia untuk menggantikan Roberto Mancini yang di kompetisi sebelumnya sukses memeberi gelar Piala Eropa 2020 kepada Gli Azzurri.
Dilansir Football Italia, eks juru taktik Juventus, Andrea Pirlo masuk ke dalam radar calon pengganti Mancini di Timnas Italia.
Ya, memang banyak kalangan meragukan kualitas allenatore berusia 42 tahun tersebut, lantaran hasil buruk yang diberikan Pirlo dalam debut kepelatihannya bersama Juventus.
Baca juga: Gagal Ke Piala Dunia 2022, Leonardo Bonucci: Waktunya Timnas Italia Memulai Kembali
Baca juga: Paolo Di Canio Marah Dengan Sepakbola Italia Usai Gagal Tampil Di Piala Dunia Qatar
Bersama Pirlo, Juventus gagal mempertahankan Scudetto, yang sebelumnya sudah dimenangi sembilan kali beruntun usai hanya finish keempat di Liga Italia.
Bianconeri juga gugur di babak 16 besar Liga Champions setelah disingkirkan tim yang kurang diunggulkan, Porto.
Selama semusim, Pirlo hanya mampu menyumbangkan dua trofi "ciki" yaitu, Coppa Italia dan Piala Super Italia.
Mantan pemain AC Milan itupun langsung dipecat setelah berakhirnya musim 2020/2021.
Namun, itu adalah musim pertama ia melatih. Terlalu dini jika tim-tim besar mengesampingkan kualitasnya dalam meracik strategi.
Dilihat dari karir Andrea Pirlo, ia telah menjalani pelatihan di Il Centro Tecnico Federale di Coverciano.
Dilansir thesefootballtimes, Coverciano adalah tempat di Florence Italia yang telah menghasilkan banyak pelatih-pelatih berbakat asal Italia maupun negara lainnya.
Sebut saja nama-nama pelatih elit seperti Carlo Ancelotti, Massimilliano Allegri, Roberto Mancini, Claudio Ranieri, Antonio Conte, Fabio Capello, sampai pelatih Atalanta saat ini, Gian Piero Gasperini.
Baca juga: Theo Hernandez Bersinar di Timnas Prancis: Andil Besar AC Milan & Tangan Dingin Stefano Pioli
Yang paling menonjol dari fasilitas yang dimiliki oleh Coverciano adalah kualitas perpustakaan mereka.
Perpustakaan Coverciano menyimpan seluruh tesis para peserta kursus kepelatihan sepak bola yang diselenggarakan di Coverciano.
Dari mulai tesis milik Antonio Conte yang membahas sistem 4-3-1-2. Hingga tesis dari Seorang Carlo Ancelotti yang menerapkan formasi 'pohon cemara'. Semuanya tersimpan di perpustakaan milik Coverciano.
Andrea Pirlo sendiri bergabung sebagai peserta kursus kepelatihan di Coverciano pada tahun 2018.
Ia menjalani kursus bersama beberapa nama besar lain yang juga mantan pemain dunia seperti Thiago Motta yang saat ini menahkodai tim Liga Italia, dan Alberto Gilardino yang melatih tim Serie B, Siena.
Berada di sekolah sementereng itu, membuat kejeniusan Pirlo saat masih bermain juga tertular saat meracik strategi.
Pirlo mendapat nilai 107 dari nilai maksimum 110 pada ujian akhir untuk mendapatkan lisensi wajib bagi pelatih Liga Italia (UEFA Pro), nilai yang nyaris sempurna.
Baca juga: Cari Pengganti Kessie, AC Milan Menantang Dinding Kesetiaan Jorginho kepada Chelsea
Hasil tersebut berdasarkan penilaian dari tim penguji yang beranggotakan Renzo Ulivieri (teknik dan taktik sepak bola), Felice Accame (komunikasi), Isabella Croce (psikologi), Ferretto Ferretti (metodologi latihan), dan Maria Grazia Rubenni (medis).
Peraih Piala Dunia 2006 bersama Timnas Italia itu mengungkapkan, sosok yang menjadi inspirasi buah pemikirannya adalah tokoh-tokoh besar seperti Johan Cruyff, Pep Guardiola, Louis van Gaal, Carlo Ancelotti dan Antonio Conte.
“Pirlo mengetahui apa yang tidak diketahui banyak pelatih lainnya,"
"Aku sangat yakin bahwa Pirlo adalah salah satu orang dengan pemikiran paling dalam tentang sepakbola saat ini,” kata Renzo Uliveri salah satu tim penguji lisensi kepelatihan Pirlo dilansir Calciomercato.
Dengan berada di sekolah sebesar itu dan dengan nilai sementereng itu, kenapa Pirlo bisa gagal di Juventus?
"Semuanya berjalan sangat cepat. Kami bermain setiap tiga hari, tanpa fans, tanpa bisa memulihkan diri dan tanpa bisa berlatih dan menyiapkan pertandingan selanjutnya,"
"Itu sulit sekali untuk mencoba sesuatu yang baru. Pemulihan itu lebih penting," ungkap Pirlo dilansir Football Italia.
Jika melihat pada rekam jejak Andrea Pirlo, alasan tersebut sangatlah masuk akal, ia datang sebagai pelatih debutan yang sama sekali belum pernah memiliki pengalaman melatih.
Datang di tim sebesar Juventus dengan keadaan Covid-19 yang sedang ganas-ganasnya, membuat persiapan tim yang dia usung menjadi begitu terhambat.
Dengan skema baru yang diterapkan Pirlo, ia membutuhkan banyak waktu untuk menyesuaikan gaya bermainnya dengan tipikal pemain yang ada di dalam skuat.
Ia datang menggantikan Sarri yang dipecat pada akhir musim. Lalu, dengan waktu yang singkat, mau tak mau ia harus meneruskan kedalaman skuat yang dipilih oleh Sarri.
Ditambah lagi, dengan padatnya jadwal yang ada, membuat para pemain kesulitan untuk menerapkan permainan yang diusung oleh Pirlo.
"Saya belajar banyak. Itu adalah pengalaman saya sebagai seorang pelatih, tapi saat itu sangat intens karena kami memulai musim dengan hanya memainkan satu pertandingan uji coba," kata Pirlo yang kembali dilansir dari Football Italia.
Timnas Italia bisa saja melihat kejeniusan Andrea Pirlo dari banyak sisi, tak hanya melihat buruknya debut kepelatihan Pirlo di Juventus.
Lebih dari itu, Pirlo adalah sosok jenius yang masih dinantikan kiprah kepelatihannya.
Sangat masuk akal jika tim sebesar Gli Azzurri suatu saat mempercayakan kursi kepelatihan barunya ke tangan Andrea Pirlo.
Kesempatan kedua memang seharusnya datang untuk Sang Maestro.
(Tribunnews.com/Deivor)