TRIBUNNEWS.COM - Manchester City sukses mengandaskan perlawanan Atletico Madrid yang bermain bertahan dengan skor tipis satu gol tanpa balas, pada Rabu (06/04/2022) dini hari WIB.
Sorotan tajam tertuju pada permainan Atletico yang menumpuk 10 pemainnya di area pertahanan.
Bahkan, dua striker mereka, Joao Felix dan Antonio Griezmann ikut membantu pertahanan selama mereka bermain di lapangan.
Keduanya hanya bergerak di depan saat Atletico mendapat kesempatan melakukan serangan balik, selebihnya, striker yang memiliki kecepatan itu fokus di area kiri dan kanan pertahanan Atletico.
Jelas hal tersebut membuat Pep Guardiola pusing bukan main, ia melakukan segala cara untuk menembus pertahanan berlapis Atletico.
Baca juga: Kepuasan Pep Guardiola Runtuhkan Taktik Parkir Bus Atletico Madrid, 2 Pemain Man City Jadi Kunci
Baca juga: 5 Catatan yang Menjadi Tonggak Penting Dicetak Para Pemain Liverpool saat Menang 3-1 Atas Benfica
Hanya bermain imbang selama 68 menit, juru taktik asal Spanyol itu melakukan kontra strategi dengan memasukkan 3 pemain dari bangku cadangan.
Adalah Jack Grealish, Phil Foden, dan Gabriel Jesus, tiga senjata yang ia masukkan guna menambah kreativitas Manchester City.
Hasilnya pun sempurna!
Hanya berselang dua menit, De Bruyne sukses menjebol gawang Jan Oblak lewat sontekan kaki kanan menyambut umpan manis dari pemain yang baru masuk, Phil Foden.
Skor 1-0 untuk The Citizens pun terjaga hingga peluit panjang dibunyikan.
Meski tampil tanpa striker murni di depan, racikan Guardiola yang mengandalkan kolektivitas pemain membuat lini depan manchester City begitu moncer.
Guardiola tak bergantung pada satu atau dua pemain untuk mencetak gol, seluruh pemain The Citizens dapat mencatatkan namanya di papan skor.
Dilansir Transfermarkt, sudah ada 23 pemain The Citizens yang sukses merobek jala gawang lawan, ciamik!
Guardiola yang bermain false nine tak segan untuk mengotak-ngatik barisan gelandangnya untuk menjadi striker palsu di depan.
Ia memanglah jenius, ia bisa menggunakan beberapa pakem di pertandingan-pertandingan Manchester City.
Ia tak ragu untuk mencadangkan pemain mentereng jika gaya bermainnya tak sesuai dengan skema yang telah ia racik.
Musim ini, Guardiola paling sering bermain dengan skema 4-3-3, dengan dua full back yang rajin membantu penyerangan.
Bahkan, Joao Cancelo seringkali bergerak ke tengah guna menambah pemain City di lini tengah, itu membuat skema City berbentuk 3-2-2-3.
Saat City membangun serangan, Cancelo akan naik ke tengah untuk berdiri sejajar bersama gelandang bertahan, lalu posisinya di bek kiri diisi bek tengah The Citizens.
Hal tersebut membuat Manchester City unggul jumlah pemain di lini tengah.
Di trio lini depan, Guardiola lebih sering memainkan Grealish/Sterling, De Bruyne/Foden, dan Gabriel Jesus/Mahrez.
Hampir di setiap pertandingan, Guardiola selalu memasang trio penyerang yang berbeda.
Bermain tanpa striker murni memang membuat Pep Guardiola mengubah starting line upnya, ia membutuhkan pemain winger kreatif untuk membuat The Citizens kuat dalam ball possesion. Dan pemain tersebut adalah Grealish.
Ya, Pep Guardiola memberi komentar menarik terkait kritikan yang media layangkan kepada salah satu pemainnya, Jack Grealish.
Menurut Pep, minimnya gol yang Grealish sumbangkan untuk Manchester City musim ini bukanlah menjadi masalah untuknya.
Pria asal Spanyol itu tak memanfaatkan atribut Grealish untuk menjadi seorang goal getter di depan, namun untuk terlibat dalam pakem yang ia usung.
"Statistik hanyalah sedikit informasi yang kami miliki, tetapi ada pemain yang membuat tim bermain bagus dan tidak ada dalam statistik," kata Guardiola dilansir Sportskeeda.
"Para pemain bertanya, 'Berapa banyak gol yang saya cetak atau berapa banyak assist?', ini masalahnya,"
"Statistik ini tidak pernah ada sebelumnya,"
"Begitulah cara Anda bermain jika Anda tampil maksimal, sebaik mungkin, membantu rekan satu tim Anda membuat proses bertahan dan menyerang lebih baik, itu sudah cukup,"
Apa yang dikatakan Pep bukanlah omong kosong belaka, hadirnya Grealish di lapangan saat melawan Atletico membuat serangan The Citizens makin rancak.
Bahkan, per catatan Squawka, pemain asal inggris itu menjadi pemain yang paling sering dilanggar pada pertandingan tersebut (6 kali) meski hanya bermain selama 23 menit
Sejak bermain bersama Aston Villa, pemain asal Inggris tersebut memang memiliki atribusi dalam hal penguasaan bola dan kemampuan dribel yang ciamik.
Grealish juga memiliki visi bermain yang tinggi, itu membuatnya seringkali bergerak ke tengah untuk menjadi seorang playmaker, bergantian dengan de Bruyne ataupun Bernardo Silva.
Hal tersebut membuat City mampu menguasai ball Possesion hingga 71% per pertandingannya.
Sterling tentunya tak bisa berperan seperti Grealish, pemain berpostur 170 cm itu lebih bertipikal sebagai winger murni yang mengandalkan kecepatan dan skill olah bola.
Perubahan skema yang diterapkan Guardiola membuat Sterling harus bersabar untuk bermain dari menit awal di tiap pertandingannya.
Meski ta terlalu menonjol, Grealish mampu menjawab kepercayaan Guardiola dengan baik.
Dilansir FBref, progressive passes Grealish berada di angka 5.13 tertinggi kedua setelah de Bruyne, dribbles completed Grealish juga berada di angka 2.55 berada di atas Raheem Sterling yang hanya berada di angka 2.21.
Grealish memang tak rajin mencetak gol untuk The Citizens, hanya 4 gol dan 3 assist dari 35 pertandingan.
Namun, hadirnya dia di sisi kiri Manchester City membuat serangan The Citizens lebih rancak.
Memasang Grealish dan de Bruyne berarti Guardiola memiliki dua pemain bertipe playmaker di sepertiga akhir.
Visi keduanya membuat City memiliki lebih banyak opsi untuk membongkar pertahanan lawan.
Dari sayap kiri dan tengah, Grealish menambah daya gedor The Citizens.
Anak asuh Guardiola jadi memiliki opsi lebih untuk membongkar pertahanan.
Grealish memiliki kontrol bola dan teknik yang cukup untuk menarik lawan agar mengerubunginya, hal ini berguna agar kawalan terhadap penyerang lain melemah.
Saat lawan berfokus ke areanya, Grealish mampu memindah serangan ke area yang lebih kosong dengan cepat.
Hal tersebutlah yang tak bisa dilakukan oleh Sterling untuk Guardiola, permainan Sterling lebih menusuk, ketika dikepung lawan ia akan lebih sering memaksakan diri dan akhirnya kehilangan bola.
Maka, tak heran jika nama Grealish terus masuk dalam starting line up Manchester City meski catatan gol dan assistnya tak mencolok.
Efektivitas permainan-lah yang dibutuhkan Guardiola dalam diri Jack Grealish, urusan mencetak gol dan memberi assist akan menjadi tanggung jawab pemain The Citizens lainnya.
Hadirnya Grealish membuat peran De Bruyne sebagai pengatur serangan di sepertiga akhir menjadi terbantu.
Bahkan hadirnya Grealish mampu membuat De Bruyne tampil lebih cair dan lebih sering berada di area sentral lawan untuk mencatatkan namanya di papan skor.
Hasilnya, torehan gol De Bruyne musim ini cukup produktif, ia mampu menjebol gawang sebanyak 11 kali dari 33 pertandingan yang sudah dijalani bersama The Citizens.
Ya, kedalaman skuat dan kecerdasan Guardiola dalam memanfaatkan atribut pemainnya menjadi kunci dari kecemerlangan City di musim ini.
(Tribunnews.com/Deivor)