TRIBUNNEWS.COM - Inter Milan mengalami kekalahan menyakitkan melawan Bologna dalam giornata ke-34 Liga Italia.
Bermain di kandang lawan, Inter harus menyerah dengan skor 2-1 dari sang tuan rumah.
Kekalahan tersebut membuat Nerazzurri harus menyerahkan posisi puncak klasemen di tangan AC Milan yang memiliki dua poin lebih banyak dari Edin Dzeko dan kolega.
Ya, di tengah partai-partai krusial untuk meraih scudetto, Inter Milan justru banyak kehilangan poin sempurna.
Sebelumnya mereka pernah di tahan imbang oleh Torino di giornata 28 dengan skor 1-1, Inter Milan lagi-lagi hanya bermain imbang melawan tim papan tengah, Fiorentina dengan skor yang sama pada giornata 29.
Sebelum dua hasil mengecewakan tersebut, Penampilan Inter Milan juga mengalami penurunan yang drastis.
Baca juga: Ousmane Dembele Makin Dekat dengan Perpanjangan Kontrak Baru di Barcelona, Turunkan Gaji Diminta
Baca juga: Ronaldo Berpeluang Mencetak Hattrick Bersejarah pada Laga Man United Vs Chelsea, Live MolaTV
Nerazzurri sempat mengalami paceklik dengan gagal mencetak gol di empat laga beruntun baik di ajang kontinental maupun domestik.
Jika dikalkulasi, Inter Milan telah gagal mencetak gol di empat laga beruntun saat melawan Liverpool, Sassuolo, Genoa, dan AC Milan.
Namun, alih-alih bergegas mencari obat penawar, sang juru taktik, Simone Inzaghi justru tak terlalu memusingkan hal tersebut, ia beranggapan bahwa anak asuhnya telah bermain menekan dan tampil dominan.
“Saya sadar akan ada berita besar, jika kami tak mencetak gol pada empat laga. Tetapi, kami tengah mengerjakannya. Kami memiliki striker bertalenta yang segera berada dalam kondisi bagus,” kata Inzaghi dilansir Football Italia.
“Tentu ada efek psikologis, karena kami terus menekan dengan intensitas tinggi selama November, Desember, dan Januari," lanjutnya.
Baca juga: Hasil Badminton Asia Championship 2022: Praveen/Melati hingga Ribka/Fadia Melaju Perempat Final
Optimisme Inzaghi sebenarnya sempat terbukti, Inter mampu meraih 5 kemenangan beruntun setelahnya.
Namun, secara permainan, Inter banyak mengalami penurunan dibandingkan dengan superioritas mereka di awal musim yang mampu meraih kemenangan dengan skor mencolok.
Ya, degradasi performa yang dialami Nerazzurri memang menjadi hal yang mengejutkan, pasalnya mereka selalu tampil agresif dan menjadi tim produktif sejak awal musim.
Inter Milan hingga saat ini menjadi tim dengan jumlah gol paling banyak di Liga Italia dengan dulangan 72 gol dari 34 pertandingan.
Baca juga: Unai Emery Mengaku Kalah 0-2 dari Liverpool Adalah Hasil Terbaik Villareal, Tekad Balikkan Keadaan
Pertanyaannya, apa yang membuat Nerazzurri mengalami penurunan performa di partai-partai krusial?
Simone Inzaghi dikenal sebagai pelatih idealis dengan skema yang ia usung.
Di seluruh pertandingan Nerazzurri musim ini ia selalu bermain dengan skema 3-5-2.
Tak pernah ada kontra strategi yang ia lakukan dengan bermain memakai empat bek ataupun menggunakan 3 striker di depan.
Lawan pun mulai mampu membaca permainan dan titik lemah Inter Milan, permainan kolektif yang diusungnya diakali lawan dengan bermain lebih menekan di area tengah.
Dilansi FBref, di 13 pertandingan Inter Milan terakhir, mereka hanya mampu mengumpulkan rata-rata penguasaan bola sebanyak 55.12%.
Baca juga: Prediksi Skor MU vs Chelsea di Liga Inggris, Akhir Rapor Jeblok The Blues di Old Trafford
Jauh turun dibanding pertandingan yang sudah dijalani Nerazzurri dalam partai-partai sebelumnya.
Pasukan Inzaghi itu mengumpulkan rata-rata penguasaan bola sebanyak 60.1%.
Dengan ditekannya lini tengah Inter Milan maka kesempatan mereka untuk mengalirkan bola ke depan pun makin sedikit.
Kombinasi yang biasa dilakukan Barella dan Calhanoglu untuk melayani dua striker di depan pun mulai menurun intensitasnya.
Striker yang paling sering dimainkan Inzaghi adalah Edin Dzeko dan Lautaro Martinez, keduanya merupakan pemain yang memiliki tipikal target man dan membutuhkan pelayan untuk mencetak rentetan gol.
Jika tak ada kreativitas dan sumber umpan yang matang dari lini tengah, maka torehan gol mereka pun juga ikut menurun.
Masalah seperti ini tak boleh dibiarkan Inzaghi jika ingin mempertahankan gelar Liga Italia dan membawa Nerazzurri lebih berprestasi di musim pertamanya menjadi juru taktik.
Apa yang dialami Inzaghi hampir mirip dengan apa yang akhir-akhir ini sedang menjadi masalah Thomas Tuchel di Chelsea.
Sama-sama bermain dengan pakem tiga bek, Chelsea juga sempat terseok-seok di pertengahan musim Liga Inggris.
Namun, Tuchel pun segera peka dengan hal tersebut dan mengubah sistem tiga beknya (3-4-3/3-5-2) dan lebih sering bermain menggunakan pakem 4-3-3 dan 4-2-2-2.
Kedalaman skuat yang dimiliki Chelsea memang membuat Tuchel tak pusing untuk bermain menggunakan sistem apapun sesuai rancangannya.
Baca juga: Hasil Badminton Asia Championship 2022: Praveen/Melati hingga Ribka/Fadia Melaju Perempat Final
Hal tersebutlah yang sulit untuk dilakukan Inzaghi, dari skuat yang ia miliki, tak ada nama winger mentereng yang mampu mendongkrak lini serang dari sisi tepi.
Praktis hanya ada Alexis Sanchez dan Joaquin Correa yang mampu berperan menjadi pemain sayap yang apik.
Baca juga: Ibarat Ketiban Durian Runtuh dari Manchester City, Alasan Gabriel Jesus Opsi Sempurna Arsenal
Baca juga: Peran Xavi Hernandez di Balik Peluang Rujuk Barcelona dan Ousmane Dembele
Namun, Sanchez tidak lagi dalam usia emasnya, ia telah berusia 34 tahun, untuk bermain agresif lewat sisi tepi jelas akan menguras tenaga pemain asal Chile tersebut.
Ya, apapun itu, Inzaghi harus segera mencari obat penawar dari penurunan performa yang sedang dialami anak asuhnya.
Pakem tiga beknya tak boleh usang, kecerdasannya dalam meracik strategi harus mampu ia tunjukkan di laga-laga Nerazzurri selanjutnya.
Raihan scudetto yang di depan mata tak boleh terlewatkan begitu saja hanya karena inkonsistensi di akhir musim.
Inter Milan saat ini tertahan di peringkat dua klasemen Liga Italia dengan torehan 72 poin dari 34 pertandingan.
Lautaro Martinez dan kolega tertinggal dua angka dari AC Milan yng bertengger di puncak klasemen.
(Tribunnews.com/Deivor)