Sampai-sampai, Wenger membandingkan penampilan Nasri dengan legenda Prancis dan Real Madrid, zinedine Zidane.
"Nasri dia luar biasa, flesibilitas bermainnya sangat baik, dia pandai membuka dan menciptakan ruang," Kata Wenger dalam wawancaranya bersama BT Sport.
"Dia mengingatkan saya dengan Zidane, dia (Nasri) mampu menggiring dan memiliki teknik seperti Zidane," lanjutnya.
Performa gemilang yang ditunjukkan Samir Nasri pun mendapat pengakuan, sang gelandang serang dipilih sebagai pemain terbaik Prancis tahun 2010 oleh majalah olahraga kenamaan France Football.
Begitu dipuja oleh publik Emirates Stadium, tak membuat Nasri betah, paceklik gelar dan jumlah gajinya yang tak kunjung naik membuat ia memilih untuk hengkang di Manchester City di tahun 2011.
Dan benar saja, bersama The Citizens, Nasri mampu menorehkan tiga gelar bergengsi, yaitu Liga Primer Inggris di tahun 2012 dan 2014, serta trofi Carling Cup di tahun 2014.
Perannya bersama David Silva di lini tengah mampu menjadi pelayan yang pas untuk dua bomber The Citizens, Carlos Tevez dan Sergio Aguero.
Namun dari musim ke musim performa Nasri mengalami penurunan, seringnya terkena cedera dan terlibat kasus di luar lapangan membuat penampilannya tak konsisten.
Saking kesalnya dengan inkonsistennya Nasri, pelatih Man City saat itu, Roberto Mancini ingin memberi pukulan kepada sang pemain.
"Saya ingin memukulnya karena pemain seperti dia seharusnya bermain bagus di setiap pertandingan," Kata Mancini dilansir The Sun.
"Mungkin satu pertandingan dia tidak dapat bermain baik, tetapi ini menunjukkan dia bisa melakukannya," Lanjutnya.
Tak mampu tampil konsisten membuat Nasri akhirnya dipinjamkan The Citizens pada musim 2017/2018 di klub Sevilla dan Antalyaspor.
Dari situ karir Nasri terus menurun, ia tak mampu kembali ke performa terbaiknya hingga terbuang ke klub Belgia, RSC Anderlecht di tahun 2020 dan memutuskan pensiun satu tahun setelahnya.
Kasus Doping dan hampir meninggal