News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Liga Inggris

Curhatan Alex Ferguson di Malam Penghargaan Jurgen Klopp, Tak Rela Lihat Liverpool Berjaya

Penulis: Dwi Setiawan
Editor: Claudia Noventa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Manajer Liverpool asal Jerman Jurgen Klopp memberikan tepuk tangan kepada para penggemar setelah pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Leicester City dan Liverpool di King Power Stadium di Leicester, Inggris tengah pada 28 Desember 2021. - Leicester memenangkan pertandingan 1-0. (Photo by Lindsey Parnaby / AFP)

TRIBUNNEWS.COM - Momen menarik mewarnai malam penghargaan pelatih terbaik Liga Inggris musim ini yang dimenangkan Jurgen Klopp, Selasa (24/5/2022) tadi malam.

Menariknya, Sir Alex Ferguson menjadi sosok yang menyerahkan secara langsung penghargaan tersebut kepada Klopp.

Momen menarik terjadi ketika Ferguson mengatakan beberapa kata saat menyerahkan piala penghargaan tersebut kepada Klopp.

Ferguson yang merupakan mantan pelatih Manchester United seakan merasa menderita dengan apa yang telah ditorehkan Klopp bersama Liverpool saat ini.

Baca juga: Ambisi Liverpool Terancam Buyar, The Reds Haram Senasib dengan Manchester City di Liga Champions

Baca juga: Tak Cuma Mo Salah dan Liverpool yang Punya Dendam, Real Madrid Juga Miliki Hasrat Serupa

Klopp seakan sudah berhasil menyulap Liverpool menjadi kekuatan besar yang tak mudah dikalahkan oleh tim manapun.

Hal itu jauh berbeda dengan kondisi Manchester United sejak ditinggal Sir Alex Ferguson.

Inkonsistensi performa dan kekeringan gelar juara seakan menjadi situasi pelik yang dirasakan Manchester United pada saat ini.

Hal itu pun seakan menjadi cerminan dari ungkapan kata yang disampaikan Ferguson pada malam penghargaan versi LMA (Asosiasi Pelatih Inggris) tersebut.

"Ini penderitaan, penderitaan yang sangat mutlak," kata Ferguson sambil menyerahkan piala ke Jurgen Klopp, dikutip Tribunnews dari Liverpool Echo.

Sir Alex Ferguson memfavoritkan gol Wayne Rooney di tahun 2011 ketika menjamu Manchester City. (Pinterest)

Ungkapan kata yang disampaikan Ferguson tersebut seakan menjadi tanda bahwa ia tidak rela melihat Liverpool berjaya di tangan Jurgen Klopp.

Hal itu terasa wajar mengingat Liverpool merupakan salah satu rival terbesar Manchester United dalam sejarah Liga Inggris.

Baik Manchester United dan Liverpool selalu mencoba bersaing mendapatkan status sebagai tim tersukses asal Inggris.

Apalagi saat Ferguson masih membesut Manchester United, tim Setan Merah seakan unggul jauh dari Liverpool baik dalam hal performa maupun raihan trofi.

Hanya saja, kondisi tersebut kini berbalik dimana Manchester United malah berada dalam situasi yang pernah dirasakan Liverpool pada masa silam.

Baca juga: Musim Tak Bersahaja Manchester United Berakhir Tragis, Tugas Berat Ten Hag di Theatre of Dreams

Kegagalan Manchester United meraih satupun gelar juara dalam lima tahun terakhir menjadi salah satu tanda bahwa tim Setan Merah tidak dalam kondisi baik-baik saja.

Sebaliknya, Liverpool justru telah banyak menuai kesuksesan dengan meraih semua gelar termasuk Liga Champions dan Liga Inggris pada periode yang sama.

Jordan Henderson mengangkat trofi Si Kuping Besar seusai Liverpool memastikan diri menjadi juara Liga Champions dengan mengalahkan Tottenham Hotspur di Stadion Wanda Metropolitano, 1 Juni 2019. (AFP/PAUL ELLIS)

Jurgen Klopp yang menjadi aktor utama di balik performa luar biasa Liverpool pun akhirnya kembali dianugerahi penghargaan pelatih terbaik.

Pelatih asal Jerman itu mendapatkan penghargaan tersebut untuk kedua kalinya sejak menginjakkan kaki di Liga Inggris pada tahun 2015 silam.

Meskipun gagal membawa Liverpool memenangi gelar juara Liga Inggris musim ini, Klopp tetap layak mendapatkan penghargaan tersebut.

Klopp berhasil mengalahkan Pep Guardiola, Eddie Howe, dan Patrick Vieira yang menjadi nominasi lainnya pada penghargaan tersebut.

(Tribunnews.com/Dwi Setiawan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini