TRIBUNNEWS.COM - Jordan Henderson mencoba menggoda Mohamed Salah jelang pertandingan final Liga Champions akhir pekan ini.
Final Liga Champions mempertemukan Liverpool vs Real Madrid akan berlangsung di Stadion Parc des Princes, Minggu (29/5/2022) pukul 02.00 WIB.
Aneka bumbu pemanas berupa psywar terus bermunculan dari pemain kedua belah tim.
Baca juga: Tak Cuma Sangar, Manchester City dan Liverpool Tim Paling Konyol di Liga Inggris
Baca juga: Ini Daftar Tim yang Pernah Menjadi Juara Liga Champions, Real Madrid 13 Kali, Liverpool Baru 6 Kali
Sebelumnya Mohamed Salah mengeluarkan pernyataan bahwa laga melawan Madrid menjadi misi balas dendamnya.
Mengingat Liverpool pernah ditaklukkan El Real pada pertandingan final Liga Champions musim 2018.
“Ya, saya pikir ini adalah waktu balas dendam," terang Salah, dikutip dari laman Express.
Pernyataan Salah mengundang berbagai reaksi, di antaranya Fede Valverde dan Carlo Ancelotti yang menimpali ambisi revans Mo Salah.
Karim Benzema juga tak mau kalah untuk menaikkan intensitas pertandingan. Jugador Real Madrid itu menuding Liverpool sebagai klub yang mengalami evolusi pertandingan.
Kini, terbaru Jordan Henderson mencoba mendinginkan tensi pertandingan lewat komentarnya yang menggoda Mohamed Salah.
"Dia (Salah) tak bermaksud untuk mengatakan itu, kan, Mo?," terang Jordan Henderson, seperti yang dikutip dari laman Mirror.
"Saya mencoba untuk mengerti sudut pandang Mo Salah, itu adalah waktu yang sangat emosional. Pertandingan sangat sulit baginya dan untuk semua orang," tambah pemain yang juga menyandang ban kapten Liverpool.
Tak ingin membuat Mo Salah jadi sasaran komentar pemain Real Madrid, Henderson meluruskan maksud pernyataan yang diungkapkan rekan setimnya itu.
"Tidak, bukan itu maksudnya. Setiap tim tidak membutuhkan alasan lain untuk memenangkan final Liga Champions. Ini kompetisi besar dan sangat dinantikan bagi semua pemain."
"Untuk memenangkan kompetisi sebesar Liga Champions, kami hanya membutuhkan satu alasan saja, yakni trofi juara," ucap Jordan Henderson.
Sebagaimana yang diketahui, Liverpool membawa luka mendalam jelang laga melawan Los Blancos.
Kegagalan The Reds mengamankan gelar juara Liga Inggris menjadi pelecut pembangkit performa The Reds kala melawan skuat asuhan Carlo Ancelotti.
Berbicara soal tradisi Liga Champions, Madrid adalah juaranya.
Dari 16 kali menapak ke partai final, penguasan Santiago Bernabeu ini sukses memetik 13 kemenangan.
Andai Madrid-nya Ancelotti meraih titel juara, maka raihan si Kuping Besar menjadi yang ke-14 bagi mereka.
Adapun Liverpool yang sukses mengusung misi revans, maka The Reds menyamai catatan AC Milan sebagai perengkuh trofi Liga Champions terbanyak kedua, yakni 7 kali.
(Tribunnews.com/Giri)