TRIBUNNEWS.COM - Liverpool tak melulu soal Mohamed Salah ataupun Sadio Mane yang menciptakan gelontoran gol selama musim ke musim.
Juga bukan hanya rekrutan apik mereka di posisi penyerang yang mampu membuat nama Luis Diaz dan Diogo Jota sangar di depan gawang.
Anak asuh Jurgen Klopp memiliki penyerang yang tak selalu harus mencetak gol maupun memberi assist.
Sosoknya dapat datang di saat yang tepat, membuka ruang, membagi bola, dan menjadi pembeda lewat perannya yang tak terlalu terlihat dalam statistik.
Adalah Roberto Firmino.
Baca juga: Final Liga Champions Liverpool vs Real Madrid: Punya Bek DNA Juara, Los Blancos Siap Hantam The Reds
Baca juga: Ricky Fajrin, Pemain Terlupakan Shin Tae-yong yang Tampil Mempesona bersama Bali United di Liga 1
Liverpool yang akan tampil di laga Final Liga Champions melawan Real Madrid membutuhkan juru selamat guna memberi mereka trofi Si Kuping Besar.
Mengindahkan penampilan Mo Salah, Sadio Mane, hingga Diogo Jota menjadi hal yang rumlah.
Nama Roberto Firmino-lah yang sering terlupakan. Padahal perannya bagi Jurgen Klopp begitu istimewa.
Roberto Firmino tampil gemilang saat Liverpool ditantang tamunya dari Portugal, SL Benfica dalam leg kedua babak 8 besar Liga Champions.
Dua gol yang disumbangkan Firmino cukup untuk membawa Liverpool melaju ke semi final Liga Champions meski hanya bermain imbang dengan skor 3-3.
Right man in the right place, Firmino mencetak dua gol memanfaatkan intelegensi dalam mencari ruang dan meloloskan diri dari jebakan offside.
Dua gol yang begitu berarti bagi Firmino untuk memberi rasa percaya diri usai rentetan cedera yang ia alami musim ini.
Pun dengan persaingan lini depan Liverpool yang semakin sengit dengnan hadirnya Luis Diaz, golnya ke gawang Benfica menjadi bukti bahwa dirinya belumlah habis dan layak untuk dimainkan di setiap laga The Reds.
Ya, nama Roberto Firmino memang sering kali terpinggirkan, ia kalah mentereng dengan striker Liverpool lainnya yang begitu subur.
Baca juga: Persebaya Pasang Skuad Muda untuk Liga 1, Aji Santoso Dapat Beban seperti Arteta di Arsenal
Hal itu memang wajar, mengingat torehan gol dari musim ke musim sang striker memanglah tak sebanyak tiga penyerang Liverpool lainnya.
Jika Mane dan Salah telah mencapai gol ke 121 dan 161-nya di Liga Primer Inggris, Firmino baru menciptakan 96 gol.
Begitu pun perbandingan di musim ini dengan Diogo Jota, jika pemain asal Portugal tersebut telah mencetak 21 gol, Roberto Firmino baru menyarangkan bola ke gawang lawan sebanyak 11 kali.
Lantas, apa yang membuat seorang Roberto Firmino begitu spesial?
“Peran Roberto Firmino tidak termuat dalam statistik, Anda hanya harus menonton dan menikmatinya bermain,"
"Kadang saya pikir dia kurang mendapat apresiasi lantaran catatan statistiknya, tetapi dia melakukan hal yang lebih daripada itu,” kata koresponden olahraga ESPN asal Brasil, Natalie Gedra.
Apa yang dilontarkan oleh Gedra memang benar adanya, Firmino adalah pemain yang berada dalam bayang-bayang Mane dan Salah, ia tidak egois, dan kecerdasannya harus diliat langsung saat dia sedang bermain.
Firmino memainkan peran sebagai pemain yang berdiri di antara barisan gelandang dan barisan pertahanan lawan.
Peran ini memberikan dua keuntungan bagi skema yang diusung oleh Jurgen Klopp.
Yang pertama, adanya Firmino di posisi tersebut membuat jarak antar lini Liverpool tidak terlalu jauh, ia menjadi jembatan antara lini tengah dan depan The Reds.
Yang kedua, Firmino memberikan ruang bagi Mo Salah, Sadio Mane, dan Diogo Jota untuk merangsek masuk ke dalam kotak penalti lawan.
Bagi Firmino, mencetak gol dan assist hanya hasil akhir, melihat caranya bermain yang membuat Firmino begitu spesial.
Menjadi penyerang tengah hanya soal posisi dalam susunan pemain, tugas seorang penyerang sebagai mesin gol tidak menjadi tanggung jawab dia.
Itu membuat Firmino berkembang menjadi pemain kreatif dan tidak egois.
Ia tak segan memberi umpan kepada Mane dan Mo Salah ketika memiliki kesempatan lebih baik untuk mencetak gol, tugasnya memang demikian.
Itulah yang menjadi alasan seorang Firmino mampu menjadi penyerang tengah yang maksimal dalam taktik Klopp, ia adalah sutradara dalam skema mantan pelatih Brussia Dotrmund tersebut.
Kemampuan Firmino dalam merebut bola juga dijadikan senjata untuk Jurgen Klopp memulai serangan dari pertahanan lawan.
Kebanyakan gol Liverpool memang hasil dari skema pressing tinggi ke pertahanan lawan.
Dan yang menjadi perebut bola pertama adalah seorang pemain depan yang diisi oleh Firmino.
Dengan mampu merebut bola dari pemain bertahan atau tengah lawan, pemain depan Liverpool dapat langsung masuk ke kotak penalti dengan kecepatannya, lalu mencetak gol.
Dilansir FBref, catatan pressures Firmino per pertandingan mencapai angka 19,1 per pertandingan.
Sedangkan blocks dan tackles pemain berpostur 181 cm itu berada di angka 1.77 dan 2.21 per pertandingannya.
Statistik tersebutlah yang membuat Roberto Firmino seringkali dianggap sebagai striker defensive.
“Roberto (Firmino) mencetak gol, namun sejujurnya yang paling membuat saya bergairah adalah hal-hal yang ia lakukan dalam proses gol itu," ucap Jurgen Klopp dilansir laman resmi Liverpool.
"Dalam nyaris setiap serangan balik, ia merebut bola. Dengan ada di mana-mana, dengan bersikap sedikit menyebalkan, sedikit ini, sedikit itu; bagi kami itu penting,” lanjutnya.
Peran Firmino begitu krusial bagi Liverpool di setiap pertandingannya, kemampuan pressing dan visi bermain mantan pemain Hoffenheim jelas akan dijadikan Klopp sebagai senjata.
Sisi lain, kecerdikannya dalam memanfaatkan ruang di antara barisan gelandang dan pemain bertahan bisa menjadi awal terciptanya lubang di area pertahanan lawan.
Lubang inilah yang kemudian menjadi jalan masuk bagi Sadio Mane dan Mohammed Salah bahkan Diogo Jota untuk mencetak gol bagi Liverpool.
Dengan kondisi fisiknya yang telah kembali fit, Firmino akan selalu turun ke lapangan dan memainkan peran normalnya. Tidak terlalu fantastis, tetapi efektif untuk menjadi jembatan serangan Liverpool.
The Reds jelas membutuhkan atribut spesialnya untuk mengalahkan Real Madrid merengkuh trofi Liga Champions.
(Tribunnews.com/Deivor)