TRIBUNNEWS.COM - Timnas Inggris menatap gelaran Piala Dunia 2022 dengan kepala tegak.
Pasalnya, skuad yang dimiliki Inggris begitu mentereng dengan barisan pemain muda berbakat yang Gareth Southgate miliki untuk menjuarai Piala Dunia 2022.
Sebut saja Jude Bellingham, Phil Foden, Mason Mount, Bukayo Saka, Declan Rice, Tammy Abraham, Conor Gallagher, hingga Emile Smith Rowe.
Baca juga: Bursa Transfer Liga Inggris: Move On dari Frenkie De Jong, Man United Telah Siapkan Opsi Brilian
Nama-nama di atas adalah pemain muda Inggris yang berhasil tampil melejit bersama timnya baik di Liga Inggris maupun Liga Italia.
Ya, dapat dikatakan Inggris menjadi negara dengan pemasok pemain muda terbaik diantara negara lainnya.
Salah satu faktor dari prestasi tersebut adalah penerapannya regulasi homegrown di pentas Liga Inggris.
Regulasi tersebut bertujuan untuk mendongkrak kualitas pemain-pemain Timnas Inggris agar dapat berbicara di ajang Internasional.
Dalam beberapa tahun belakangan, manfaat dari regulasi ini memang terlihat jelas.
Timnas Inggris berhasil mencapai babak semi final Piala Dunia 2018 dan menjadi runner-up Piala Euro 2020.
Mengenal Regulasi Homegrown
Regulasi homegrown mewajibkan seluruh klub Liga Inggris untuk mendaftarkan delapan pemain homegrown dari 25 kuota pemain yang didaftarkan untuk kompetisi Liga Inggris.
Dilansir dari laman resmi Premier League, regulasi pemain homegrown adalah pemain berusia 21 tahun atau lebih yang saat dia berusia 15-21 tahun telah bermain selama tiga tahun di suatu negara.
Asal negaranya pun tak mesti Inggris. Boleh dari mana saja, yang terpenting selama tiga tahun pernah bermain di akademi klub-klub Inggris atau Wales.
Oleh karena itu, dalam kasus Spurs, Eric Dier tidaklah dihitung sebagai pemain homegrown meskipun dia berpaspor Inggris.
Hal itu dikarenakan, saat muda, Dier mengenyam akademi di luar Inggris, tepatnya di Portugal bersama Sporting CP.
Justru pemain seperti Paul Pogba dan Romelu Lukaku masuk dalam kategori pemain homegrown karena telah bermain sepak bola di Inggris sejak usia 16 tahun.
Baca juga: Thomas Tuchel Muak Chelsea Hobi Ditikung, The Blues Belum Siap Tempur di Liga Inggris
Konsekuensi dari FA untuk tim Inggris yang tidak mematuhi aturan tersebut adalah dibatasinya jumlah pemain yang mereka daftarkan.
Dari 25 kuota, mereka hanya bisa mendaftarkan 17 pemain.
Hal tersebutlah yang membuat beberapa tim Inggris kelabakan dan mengakali peraturan tersebut.
Salah satunya Manchester United, Setan Merah rela merekrut kiper tua hanya untuk memenuhi kuota pemain homegrown yaitu Lee Grant dan Tom Heaton.
Angelino, adalah salah satu pemain yang paling merasakan dampak negatif dari peraturan tersebut.
Di tahun 2019, pemain yang berposisi sebagai bek kiri tersebut direkrut Manchester City dari PSV hanya untuk memenuhi kuota pemain homegrown.
Hasilnya, di musim tersebut Angelino hanya diberi kesempatan bermain sebanyak enam kali untuk The Citizen.
Di musim berikutnya, pemain berusia 24 tahun tersebut akhirnya memilih untuk hengkang ke RB Leipzig, dan menjadi pemain andalan disana.
Klub-klub yang mampu mempromosikan para pemain akademi mereka secara reguler ke tim utama akan lebih mudah untuk berhadapan dengan peraturan homegrown ini.
Arsenal adalah contohnya, sejak bermusim-musim lalu tim asal London ini sudah sering memenuhi kuota 25 pemainnya dengan nama-nama dari jebolan akademi mereka.
Di musim lalu, nama-nama seperti Ainsley Maitland-Niles, Hector Bellerin, Joe Willock, Eddie Nketiah dan Bukayo Saka jadi jebolan akademi mereka yang ada di skuad utama.
(Tribunnews.com/Deivor)