Berita Milan, Divock Origi Menjanjikan, Pierre Kalulu Cerdas dan Atletis, Charles De Ketelaere Sang Katalis
TRIBUNNEWS.COM - Sisi lain dari kemenangan perdana AC Milan di Serie A Liga Italia 2022, Sabtu (13/8/2022) adalah bagaimana wujud kekuatan seimbang Rossoneri di tiap lini untuk musim ini.
AC Milan, dari apa yang ditampilkan melawan Udinese yang berakhir dengan skor 4-2 itu, punya fleksibilitas dan kemampuan diri menyesuaikan diri pada situasi.
Sempat tertinggal oleh gol cepat, Rossoneri membalikkan keadaaan menjadi 2-1 dalam 15 menit. Udinese yang sempat menyamakan kedudukan menjadi 2-2 di akhir babak pertama, akhirnya tak kuasa menahan kekuatan Milan yang kemudian mencetak dua gol lagi di babak kedua.
Baca juga: Milan Ditikung Juventus Gaet Tommaso Mancini, Lirik Wonderkid Aalborg, Ogah Angkut Cristiano Ronaldo
Baca juga: Chelsea Sodorkan Pulisic ke Roma Buat Nicolo Zaniolo, The Blues Tumbang di Battle of The Bridge?
Dari penampilan Milan itu, site SempreMilan menilai satu di antara kekuatan Milan saat ini adalah meratanya kualitas di skuad inti dan pemain pelapis.
Hal itu tergambar dari sorotan terhadap sejumlah pos yang dianggap memberikan kontribusi nyata bagi kemenangan Milan lewat penampilan Divock Origi, Pierre Kalulu, dan Charles De Ketelaere.
Ketiga pemain ini, dianggap sebagai kekuatan baru dari lapisna kedua AC Milan musim ini.
Sebagai catatan, Stefano Pioli merupakan pelatih yang punya konsep setiap pemain memiliki peluang yang sama untuk menjadi starter.
Status pelapis disematkan kepada ketiganya karena dua pemain merupakan anyar di skuad, sedangkan Kalulu menjadi pemain lama yang kurang dapat panggung musim lalu. Berikut ulasan tiga pemain tersebut di laga perdana AC Milan musim ini.
Baca juga: Gebrakan Mourinho di AS Roma, Tinggalkan Formasi 3 Bek, Incar Pemain Baru, Giallorossi Bukan Favorit
Divock Origi Menjanjikan Ledakan di Lini Depan Milan
Pada laga tersebut, Divock Origi masuk pada menit-menit terakhir laga di mana AC Milan sudah unggul 4-2 Udinese.
Sepertinya, pelatih Stefano Pioli memasukkan dia agar sang pemain bisa mendapat pengalaman pertama suasana San Siro di Serie A sekaligus ajang tes kesiapan kondisi Origi pasca-cedera.
Pada debutnya sebagai pemain Rossoneri, Divock Origi dinilai mampu memberikan potensi hebatnya daya ledak lini serang AC Milan musim ini.
MilanNews mengulas, masuknya Divock Origi pada laga itu membuat AC Milan saat itu dihuni barisan penyerang seperti Olivier Giroud, Charles De Ketelaere, dan Alexis Saelemaekers di lini serang.
"Sekilas yang kami nilai (dari peformanya) di akhir pekan, pemain Timnas Belgia itu tampaknya dalam kondisi fisik yang baik. Dengan kesembuhannya dari cedera yang dia dapat di akhir waktunya di Liverpool, Divock Origi dapat fokus untuk mendapatkan beberapa menit penting di kakinya untuk siap menghadapi jadwal pertandingan yang sibuk antara sekarang dan Piala Dunia," ulas situs tersebut yang menunjukkan laga Milan Vs Udinese menjadi ajang pemanasan buat Divock Origi.
Masuk saat skor sudah menang 4-2 adalah situasi yang menguntungkan untuk melakukan debut bagi Divock Origi.
Pun, pemain baru rossoneri itu segera terbukti mampu menembus pertahanan lawan dan memungkinkan gerakan vertikal cepat (penetrasi ke pertahanan lawan).
"Permainan macam itulah yang diinginkan Pioli. Dia memainkan operan (satu untuk Saelemaekers) dan membuat lari yang harus dilakukan oleh nomor sembilan yang berbahaya, jadi kesannya sangat positif dari sekitar 12 menit yang kami lihat di Origi," ulasa MilanNews.
Kesimpulannya, Divock Origi tampil menjanjikan di laga debutnya bersama AC Milan. Dia memiliki kekuatan fisik, teknik, dan positioning yang alamiah.
Pierre Kalulu Cerdas dan Atletis
Musim lalu dinilai sebagai titik balik peforma Pirre Kalulu di AC Milan.
Sempat kepayahan, Pierre Kalulu akhirnya bisa beradaptasi dengan suasana San Siro dan -yang terpenting- dengan taktik Stefano Pioli dan ekosistem di skuad Rossoneri.
Secara apik, Pierre Kalulu melanjutkan titik balik itu dengan penampilan yang mengesankan melawan Udinese.
MilanNews menulis bagaimana pemain berusia 22 tahun itu menunjukkan ketenangan yang luar biasa dalam pertandingan di San Siro pada Sabtu malam.
Sebuah aksi yang menunjukkan kematangan Pierre Kalulu di laga itu adalah saat sang pemain mampu memberikan tekel sempurna yang mematahkan peluang Gerard Deulofeu yang dimiliki Udinese melalui skema serangan balik.
Secara cerdas, Kalulu melakukannya lewat gerakan tanpa bola yang memotong jalur umpan berbahaya dari lawan. Kalulu tampak mendekati pemain sayap Spanyol itu dan mengakhiri bahaya dari serangan Udinese, sekali lagi, membuktikan kalau dia adalah bek yang cerdas dengan keatletisan yang hebat.
Aksi Pierre Kalulu itu mendapat tepuk tangan meriah diikuti standing ovation dari penonton San Siro yang menyadari pentingnya intervensi semacam itu.
Dalam situasi tertentu, agresi Fikayo Tomori menempatkan Milan dalam bahaya, tetapi keindahan Milan musim ini satu di antaranya adalah rossoneri memiliki dua bek yang cepat dan kuat yang membuat lawan sangat sulit untuk unggul di belakang Milan.
Duetnya dengan Fikayo Tomori sekarang terjalin sangat erat. Sepertinya, – meskipun jadwal pertandingan yang sibuk – tidak ada pemikiran dari Stefano Piolu untuk memutuskan kerjasama mereka berdua yang sangat penting dalam perjuangan AC Milan mempertahankan Scudetto.
Charles De Ketelaere Katalisator dan Penyeimbang
Laga AC Milan vs Udinese juga menjadi panggung debut Charles De Ketelaere, pemain muda Belgia yang disebut-sebut sebagai calon bersinar lainnya di San Siro.
Pada laga itu, Charles De Ketelaere mendapatkan jatah bermain selama 25 menit dari Stefano Pioli.
Hasilnya, 25 menit pertama Charles De Ketelaere sebagai pemain AC Milan menimbulkan reaksi positif merujuk pada tanda-tanda menggembirakan dari sang pemain.
Meski dia tidak berhasil mencetak gol atau assist, gerakan dan tekniknya terlihat jelas saat dia langsung menjadi penghubung antara lini tengah dan serangan, penyeimbang lini tengah.
Gerakan Charles De Ketelaere juga membuat dia sebagai katalis, senyawa yang mempercepat respons Milan baik saat menyerang maupun bertahan.
Peta sentuhan pemain berusia 21 tahun – seperti yang terlihat di La Gazzetta dello Sport – menunjukkan betapa De Ketelaere ingin terlibat, karena ia memiliki sentuhan di tepi setiap kotak dan di kedua sisi. (oln/*/sm)