News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan

Kesimpulan TGIPF Tragedi Kanjuruhan: Aparat Tembakkan Gas Air Mata Secara Membabi Buta

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kericuhan suporter Areman FC yang bentrok melawan polisi buntut kekalahan Arema FC dalam pertandingan Liga 1 melawan Persebaya Surabaya dengan skor 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam. Dalam bentrok ini polisi menembakkan gas air mata dan 127 suporter termasuk 2 polisi dilaporkan tewas.

Kesimpulan TGIPF Tragedi Kanjuruhan: Tembakan Gas Air Mata Dilakukan Secara Membabi Buta

TRIBUNNEWS.COM - Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan menyimpulkan, aparat keamanan melakukan tembakan gas air mata secara membabi buta ke arah lapangan, tribun, hingga di luar lapangan. 

Aksi itu terjadi dalam penanganan keamanan pasca-laga Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) lalu.

Kesimpulan itu menjadi satu di antara lima poin kesimpulan hasil investigasi TGIPF atas Tragedi Kanjuruhan.

Baca juga: Kesimpulan TGIPF Tragedi Kanjuran: 8 Poin Kelalaian PSSI, Enggan Bertanggung Jawab Atas Insiden

Baca juga: PSSI Bantah Beri Arahan ke Shin Tae-yong dan Pemain Timnas Indonesia untuk Bela Mochamad Iriawan

Poin lain yang menjadi kesimpulan TGIPF Tragedi Kanjuruhan adalah aparat keamanan laga Arema vs Persebaya tidak mengetahui adanya larangan FIFA yang melarang penggunaan gas air mata di stadion untuk mengendalikan massa. 

Selain itu, lemahnya koordinasi antar-aparat keamanan (Tactical Floor Game) pasca-laga menjadi poin lain dari kesimpulan TGIPF terkait kelalaian yang dilakukan aparat keamanan.

Berikut Lima Poin Kesimpulan TGIPF Tragedi Kanjuruhan Terkait Kelalaian Aparat Keamanan:

Dalam foto yang diambil pada 1 Oktober 2022 ini, sekelompok orang menggendong seorang pria usai pertandingan sepak bola antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. - Sedikitnya 127 orang tewas di sebuah stadion sepak bola di Indonesia pada akhir 1 Oktober ketika para penggemar menyerbu lapangan dan polisi merespons dengan gas air mata, yang memicu penyerbuan, kata para pejabat. (Photo by AFP) (AFP/STR)

a. Tidak pernah mendapatkan pembekalan/penataran tentang pelarangan penggunaan gas air mata dalam pertandingan yang sesuai dengan aturan FIFA.

b. Tidak adanya sinkronisasi antara regulasi keamanan FIFA (FIFA Stadium Safety and Security Regulations) dan peraturan Kapolri dalam penanganan pertandingan sepak bola.

c. Tidak terselenggaranya TFG (Tactical Floor Game) dari semua unsur aparat keamanan (Brimob, Dalmas, Kodim, Yon Zipur-5)

d. Tidak mempedomani tahapan-tahapan sesuai dengan Pasal 5 Perkapolri No.1 Tahun 2009 Tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian. (Tahap I: Pencegahan; Tahap II: Perintah Lisan; Tahap III: Kendali Tangan Kosong Lunak; Tahap IV: Kendali Tangan Kosong Keras; Tahap V: Kendali Senjata Tumpul, Senjata Kimia/Gas Air mata, Semprotan cabe; Tahap VI: Penggunaan Senjata Api)

e. Melakukan tembakan gas air mata secara membabi buta ke arah lapangan, tribun, hingga diluar lapangan.

Baca juga: Laporan TGIPF: Korban Tragedi Kanjuruhan Akibat Desak-desakan Setelah Ditembak Gas Air Mata

TGIPF: Korban Meninggal Karena Desak-desakan Setelah Ada Gas Air Mata

Menko Polhukam sekaligus Ketua Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Kanjuruhan, Mahfud MD bersama timnya setelah melaporkan hasil investigasi Tragedi Kanjuruhan kepada Presiden Jokowi, pada hari ini Jumat (14/10/2022). (Youtube Sekretariat Presiden)

Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan menyimpulkan, jatuhnya korban pada tragedi tersebut disebabkan oleh desak-desakan akibat tembakan gas air mata.

"Yang mati dan cacat serta sekarang kritis, dipastikan itu terjadi karena desak-desakan setelah ada gas air mata yang ditembakan, itu penyebabnya," kata Ketua TGIPF Mahfud MD dalam keterangan pers, Jumat (14/10/2022).

Mahfud MD mengatakan, tingkat keberbahayaan atau kandungan racun pada gas air mata itu sedang diperiksa oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Namun, ia menegaskan, apa pun hasil pemeriksaan BRIN kelak, tidak akan mengubah kesimpulan TGIPF bahwa kematian massal itu disebabkan oleh gas air mata.

Mahfud menyebutkan, proses jatuhnya korban jauh lebih mengerikan dibandingkan video-video yang sudah beredar selama ini.

Sebab, TGIPF merekonstruksi rekaman CCTV dari 32 kamera CCTV yang dimiliki aparat.

"Itu lebih mengerikan dari sekadar semprot mati, semprot mati. Ada yang saling gandengan untuk keluar bersama, satu bisa keluar, satu tertinggal, yang di luar balik lagi untuk nolong temannya, terinjak-injak, mati," kata Mahfud.

"Ada juga yang memberikan bantuan pernapasan karena satunya sudah tidak bisa bernapas, membantu, kena semprot juga, mati, lebih mengerikan dari yang beredar karena ini ada di CCTV," ujarnya lagi.

Mahfud MD mengatakan, laporan TGIPF ini akan diolah oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk kebijakan keolahragaan nasional dengan melibatkan para pemangku kepentingan.

Diketahui, sedikitnya 132 orang tewas dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada 1 Oktober 2022.

Selain itu, ada ratusan korban luka berat hingga ringan usai situasi menjadi ricuh usai aparat keamanan menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton.

Kerusuhan berawal dari kekalahan tim sepak bola tuan rumah Arema FC dari tim lawan Persebaya Surabaya. (*/tribunnews/Ardito Ramadhan/Kompas.com)

Sebagain Artikel ini Sudah tayang di Kompas.com dengan judul "TGIPF: Korban Tragedi Kanjuruhan Wafat dan Luka karena Desak-desakan Akibat Gas Air Mata"

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini