TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jakarta-Football Institute menilai sosok yang paling tepat menggantikan posisi Yunus Nusi sebagai Sekretaris Jenderal PSSI adalh Tommy Welly.
Untuk itu, Founder Football Institute pasti mendukung sepenuhnya langkah Ketum PSSI, Mochamad Iriawan untuk segera memecat Yunus Nusi dari jabatannya sebelum semuanya terlambat.
Pernyataan tegas dari Football Institute itu disampaikan langsung foundernya Budi Setiawan menyikapi manuver yang dilakukan Yunus Nusi dan oknum anggota eksekutif beberapa hari yang lalu.
Seperti diketahui, publik sepak bola Indonesia dikagetkan dengan upaya 'kudeta" dari Yunus Nusi dan oknum anggota eksekutif.
Mereka melakukan pertemuan dengan voters untuk menggalang dukungan terhadap salah satu calon tanpa diketahui oleh Moch Iriawan selaku ketum PSSI.
Pertemuan itu dilakukan di salah satu tempat yang berada di Gedung FX Jakarta. Di tempat lain, dalam waktu bersamaan, Ketum PSSI Moch Iriawan sedang menggelar nonton bareng pertandingan Timnas Indonesia kontra Brunei Darussalam
"Menurut saya figur yang layak untuk menjadi sekjen PSSI dalam era transisi menuju KLB ini adalah Tommy Welly (bung towel). PSSI butuh figur kuat untuk melegitimasi upaya transformasi yang mereka gadang-gadang. Jika Yunus diganti dengan Towel ini adalah kado tahun baru dari Iwan bule untuk suporter sepakbola Indonesia," kata Budi Setiawan kepada wartawan di komplek Senayan, Jakarta Pusat, Kamis malam (29/12/2022).
"Jika dibandingkan Noegraha Besoes, Joko Driyono hingga Ratu Tish dengan sekjen PSSI saat ini (Yunus Nusi) , tentu bagaikan bumi dan langit, tidak apple to apple.Bicara kualitas sepertinya sudah cukup alasan untuk mengganti Yunus Nusi sebagai sekjen PSSI," tambahnya.
Mundur ke belakang, menurut Budi Setiawan, Iwan Bule sendiri sebenarnya sudah legowo untuk tidak maju di pemilihan ketua umum mendatang.
Namun, ada orang-orang internal PSSI yang mengompori Iwan Bule lagi. Hal itu dilakukan mereka agar mereka mendapatkan legitimasi moral untuk duduk lagi di komite eksekutif. Jadi, masih kata Budi sebetulnya lebih kepada kepentingan dirinya sendiri, mau siapapun nanti ketua umumnya.
Yang terpenting bagi mereka mendapat tempat sebagai exco atau malah kalau bisa naik jabatan di kepengurusan baru nanti.
"Upaya coop d'etat (kudeta) yang dilakukan sekjen ya sebaiknya langsung diberhentikan saja. Karena itu kan (pemecatan sekjen) sepenuhnya kewenangan ketua umum, anggota Exco hanya mengaminkan saja. Kanker di tubuh PSSI harus diangkat," tegasnya.
Masih dalam kesempatan yang sama, pria murah senyum itu berharap ketua umum PSSI yang baru nanti, harus benar-benar mempertimbangkan trade record calon pembantunya baik itu sebagai eksekutif maupun Sekjen.
Hingga saat ini, ada dua nama calon ketua umum PSSI yang ramai diperbincangkan publik. Yang pertama adalah Erick Thohir yang saat ini menjabat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Achsanul Qosasi yang saat ini masih menjabat sebagai Presiden Klub Madura United.
"Calon ketua umum PSSI perlu kiranya melihat rekam jejak sepakbola kandidat Exco yang ikut berkompetisi, karena mereka nanti akan bekerja bersama. Kesamaan visi, misi dan tujuan tentang bagaimana penanganan dan pengelolaan sepakbola indonesia ke depan harus clear di depan," tuturnya.
"Selanjutnya juga aspirasi publik sepakbola (suporter) mengenai figur-figur yang dianggap layak harus diperhatikan, jangan tutup mata jangan tipis telinga terhadap hal tersebut," Budi Setiawan mengakhiri pembicaraan.