Tim Garuda dapat melepaskan total 10 tembakan, dengan dua di antaranya mengarah ke gawang (satu menjadi gol).
Banyaknya peluang tersebut bersumber dari pressing tinggi yang dilakukan para pemain, sehingga membuat Thailand dalam kondisi tak siap.
Sebagai contoh, dua peluang Witan Sulaeman didapat dari pressing pemain AS Trencin itu pada garis terakhir Thailand.
Baca juga: Sorotan Timnas Indonesia vs Kamboja, Dua Blunder Jordi Amat, Egy Keserimpet, Demam Panggung?
Pada peluang pertama, ia mencuri bola dengan menjulurkan kaki ke bola di depan bek Thailand, lalu bisa melepas cutback.
Sayang Egy Maulana Vikri berada terlalu jauh dari bola, sehingga serangan berbahaya itu tak tercatat di daftar tembakan.
Pada peluang kedua, Witan lagi-lagi mencuri bola di area paling berbahaya, yaitu dari penguasaan kiper Thailand.
Baca juga: Buruknya Finishing Penyerang Timnas Indonesia, 3 Peluang Gagal Gol Jadi Lawakan Dunia Internasional
Witan yang tinggal menceploskan bola ke gawang kosong malah mengirim bola ke jala samping.
Witan dapat dikatakan bermain dengan workrate tinggi, tetapi dengan finishing yang amburadul seperti halnya pemain Indonesia lain.
Di laga sebelumnya, Witan, Egy Maulana Vikri, dan Hansamu Yama bergantian membuang peluang yang 99 persen seharusnya menjadi gol.
Kembali soal rendahnya penguasaan bola Indonesia, boleh jadi ada sebab lain yang membuat Shin Tae-yong memerintahkan pemainnya menunggu.
Sebab itu adalah kemampuan dasar pemain Indonesia dalam mengumpan yang menyedihkan, ditandai berbagai umpan salah saat unggul pemain.
Timnas Indonesia kini cuma bisa berharap sistem menunggu dengan pressing dan counter attack tersebut dapat membawa trofi Piala AFF mampir ke Tanah Air. (Najmul Ula/BolaNas)