TRIBUNNEWS.COM - Mantan striker Sampdoria dan Juventus Gianluca Vialli meninggal dunia pada usia 58, Jumat (6/1/2023).
Kematian Vialli ini terjadi hanya beberapa minggu setelah meninggalnya Sinisa Mihajlovic dan legenda Brasil Pele.
Menurut laporan Sky Sports Italia, Vialli meninggal setelah berjuang melawan kanker pankreas yang telah lama dideritanya.
Pada 2018 lalu, Vialli sempat mengumumkan dirinya telah berhasil sembuh dari kanker yang dideritanya.
Tapi penyakit itu menyerang lagi pada Desember 2021 dan sejak saat itu Vialli terus berjuang untuk sembuh.
Vialli pernah membela klub-klub besar diantaranyanya Juventus, Sampdoria hingga Chelsea.
Baca juga: Sukacita Mancini Sambut Ulang Tahun Gianluca Vialli, Trofi Euro 2021 Bisa Jadi Kado Indah
Vialli adalah sosok yang sangat dicintai di Serie A dan kehilangannya akan terasa di dunia sepak bola Italia.
FIGC memposting penghargaan untuk Vialli hari ini. Mereka juga mengumumkan akan mengheningkan cipta selama satu menit sebelum pertandingan Serie A akhir pekan ini untuk memberikan penghormatan.
Presiden FA Italia Gabriel e Gravina sangat emosional ketika membahas kematian Vialli.
“Saya sangat sedih, saya berharap sampai saat terakhir dia bisa melakukan keajaiban lagi, namun saya terhibur dengan kepastian bahwa apa yang dia lakukan untuk sepak bola Italia dan seragam Azzurri tidak akan pernah terlupakan," katanya, dikutip dari Footbal Italia.
Vialli sangat dekat dengan Roberto Mancini, sejak mereka bersama di Sampdoria dan keduanya juga bereuni di Tim Italia pada Euro 2020 lalu dan berhasil menjadi juara.
Mantan pemain yang lahir 9 Juli 1964 di Cremona ini menghabiskan tiga tahun bekerja dengan tim Italia Roberto Mancini dengan menjadi kepala tim nasional Italia.
Mancini dan Vialli memang merupakan kawan dekat sejak lama, keduanya pernah bermain bersama di Sampdoria.
Hubungan keduanya lebih dari rekan kerja maupun teman, mereka sudah seperti saudara.
Saat berseragam Sampdoria, Vialli dan Mancini berhasil memenangkan gelar Serie A pada musim 1990-91.
Vialli kemudian pindah ke Jvuentus dan memenangkan gelar Liga Italia dan lainnya, serta Liga Champions di musim 1995-1996.
Dia kemudian pergi ke Inggris dan memenangkan Piala FA, Piala Liga dan Piala Winners bersama Chelsea, menjadi pahlawan bagi publik di Stamford Bridge.
Pada tahun 1998 ia ditunjuk sebagai pemain-manajer Chelsea setelah pemecatan Ruud Gullit.
Gelar Piala Winners yang menjadikannya sebagai manajer termuda yang pernah memenangkan kompetisi antarklub UEFA.
(Tribunnews.com/Tio)