Pengamat Sepakbola dari Belanda Sebut Marselino Gampang Tembus Eropa, Fakta Tunjukkan Sebaliknya
TRIBUNNEWS.COM - Pesepakbola muda Indonesia cenderung melayu saat memutuskan melakoni karier di benua biru Eropa.
Riwayat pemain abroad Indonesia membuktikan hal itu.
Merujuk pada fakta tersebut, penilaian yang mengatakan Marselino Ferdinan disebut bakal mudah menembus sepakbola Eropa harus dibuktikan sang pemain.
Baca juga: Persebaya Siap Lepas Wonderkid Kesayangan Shin Tae-yong di Timnas, AJi Beri Syarat Marselino Pergi
Baca juga: Lima Pemain yang Gacor di Liga 1 Seusai Dipoles Shin Tae-yong di Timnas, Wonderkid Bikin Gol Cantik
Marselino Ferdinan harus menaklukkan tantangan yang gagal diatasi para pendahulunya, jika benar ia akan berkarier di Eropa.
Wonderkid Persebaya Surabaya itu sedang menjadi buah bibir setelah mencetak dua gol di Liga 1 2022/23, sesaat setelah didapuk sebagai pemain muda terbaik Piala AFF 2022.
Dua gol Marselino tersebut dicetak saat Persebaya melumat Persita Tangerang pada pekan ke-19 Liga 1 2022/23, Rabu (18/1/2023).
Gol pertama Marselino terhitung berkelas, yaitu diciptakan melalui sepakan voli jarak jauh setelah mengontrol bola dengan dada.
Ia seakan meneruskan tren positif sejak melejit di Piala AFF 2022, saat pihak panitia mengganjarnya dengan trofi pemain muda terbaik.
Aksi terbaru Marselino itu rupanya sampai ke telinga pengamat asal Belanda yang menekuni sepak bola Asia, Gerard Postma.
Melalui akun Twitternya, Gerard Postma menyatakan Marselino sebagai talenta terbaik yang pernah dihasilkan Indonesia.
"Marselino Ferdinan (18 tahun) bisa menjadi pemain yang sangat spesial," tulis Postma (18/1/2023).
"Gelandang serang ini mungkin adalah talenta terhebat yang pernah ada dari Indonesia dan bisa dengan mudah mencapai Eropa," urainya.
Kalimat terakhir Postma itu perlu ditelisik lebih lanjut, mengingat ini bukan kali pertama wonderkid Indonesia dilabeli demikian.
Baca juga: Witan Sulaeman Gagal Cetak Gol ke Gawang Kosong, Shin Tae-yong Sampai Tertunduk dan Berlutut
Sejauh ini terdapat tiga pemain Indonesia yang dapat dijadikan contoh mengenai persaingan di sepak bola Eropa, yaitu Egy Maulana Vikri, Witan Sulaeman, dan Bagus Kahfi.
Egy, Witan, dan Bagus sama-sama membangun reputasi dari timnas junior Indonesia, untuk kemudian memenangi kepindahan ke Eropa.
Sayangnya apa yang terjadi dalam karier tiga pemain itu tak seindah yang dibayangkan, jika tak ingin disebut gagal.
Egy cuma memainkan tiga pertandingan liga pada dua musim pertama di Lechia Gdansk, lantas memutuskan "turun kasta" ke Liga Slovakia.
Di Slovakia pun, Egy cuma memainkan satu musim reguler di FK Senica sebelum diputus kontrak oleh Zlate Moravce akibat kekurangan menit main.
Baca juga: Sorotan Timnas Indonesia vs Kamboja, Dua Blunder Jordi Amat, Egy Keserimpet, Demam Panggung?
Setali tiga uang, Witan juga cuma mencicipi sedikit kesempatan di Radnik Surdulica dan Lechia Gdansk.
Setelah bermain reguler sebentar di FK Senica, Witan kembali sering menghangatkan bench di AS Trencin pada musim ini.
Karier Bagus Kahfi malah belum dihiasi rentetan starter reguler, baik di Jong FC Utrecht maupun Asteras Tripolis.
Jadi, Marselino harus meruntuhkan tembok Eropa di atas untuk menjadi pemain Indonesia pertama yang benar-benar bisa tampil reguler di Eropa.
Yang menjadi nilai plus, Marselino sudah membawa pengalaman merumput di Liga 1 selama dua musim di Persebaya, sedangkan para pendahulunya langsung mencicipi karier pro di Eropa.