Modal Berharga Marselino Ferdinan Merantau ke Eropa Agar Tidak 'Layu' Seperti 3 Pendahulunya
TRIBUNNEWS.COM - Marselino Ferdinan punya modal berharga sebagai bekal merantau ke Eropa agar tidak 'layu' seperti tiga pendahulunya.
Modal berharga itu adalah memiliki pengalaman di Liga 1, sebuah hal yang tak dimiliki para pemain mud aIndonesia yang mencoba peruntungan di Eropa.
Berbeda dari para pendahulunya, modal Marselino Ferdinan ini bisa jadi faktor penting bersaing di Eropa, agar tak mengulangi kegagalan seniornya bersaing di tim utama klub.
Baca juga: Marselino Ferdinan Otw ke Klub Belgia, Persebaya vs Bhayangkara FC Jadi Laga Terakhir?
Baca juga: Begini Lineup Menjanjikan Timnas U-20 Indonesia Jika Shin Tae-yong Panggil Brandon Scheunemann
Marselino memang dikonfirmasi bakal bertolak ke Eropa, dengan salah satu klub di Liga Belgia sebagai pelabuhan pertamanya.
Pemain berusia 18 tahun itu sudah memainkan laga terakhirnya untuk Persebaya Surabaya saat mengalahkan Bhayangkara FC, Senin (23/1/2023).
Dengan kepastian berangkat ke Eropa, Egy akan mengikuti jejak para pendahulunya di timnas Indonesia.
Paling tidak terdapat tiga pemain Indonesia (tak menghitung pemain naturalisasi) yang sudah merasakan persaingan sepak bola Eropa.
Tiga pemain itu adalah Egy Maulana Vikri (kini tanpa klub), Witan Sulaeman (AS Trencin), dan Bagus Kahfi (Asteras Tripolis).
Dibanding Marselino, tiga pemain tersebut belum pernah bermain di kasta tertinggi sepak bola Indonesia sebelum merantau ke Eropa.
Hal tersebut boleh diduga sebagai penyebab kegagalan tiga pemain itu langsung bersaing di tim utama klub pertama mereka di Eropa.
Egy Maulana Vikri dikontrak Lechia Gdansk pada musim 2018 berkat sederet performa sensasional di timnas Indonesia (termasuk Toulon 2017), bukan performa konsisten di klub.
Ketika tiba di Lechia Gdansk, Egy harus beradaptasi hingga musim ketiga untuk rutin mendapat menit main di tim utama, itu pun cuma pengganti.
Witan Sulaeman juga menjalani karier hampir mirip, yaitu memenangi kepindahan ke Radnik Surdulica berkat performa di timnas Indonesia.
Satu hal yang membedakan, Witan sempat mencoba kompetisi profesional dengan bergabung klub kasta kedua, PSIM Yogyakarta, sebelum berusia 18 tahun.
Egy Maulana Vikri saat menerima penghargaan goal of the month Liga Slovakia, Sabtu (18/12/2021).
Pengalaman di Liga 2 tersebut terbukti tak cukup untuk menyiapkan teknik, fisik, dan mental Witan, terbukti dengan minimnya menit main di Liga Serbia.
Pijakan berbeda diambil Bagus Kahfi, yang sudah terikat kontrak profesional dengan klub Liga 1 Barito Putera, tetapi dapat hijrah ke Eropa karena Garuda Select.
Setelah musim top scorer di Garuda Select, ia dibantu Dennis Wise untuk mencoba peruntungan di Jong FC Utrecht.
Sayangnya bertanding dalam laga uji coba dengan tim junior klub-klub Inggris tak membuat Bagus diperhitungkan di Jong FC Utrecht, diperparah dengan kondisinya yang rawan cedera.
Perlu digarisbawahi bahwa tiga pemain di atas masih merumput di Eropa (kecuali Egy yang tanpa klub, tetapi kemungkinan bertahan di Eropa), sehingga terlalu dini untuk menyimpulkan mereka adalah pemain gagal.
Kini melihat Marselino, ia bisa dibilang menjadi pemain Indonesia pertama yang direkrut klub Eropa berdasarkan performa di level klub di Liga 1.
Tentu saja berkat performa di level klub itu dapat menjadi andalan di timnas Indonesia U-20 dan senior berkat kepercayaan Shin Tae-yong.
Per hari ini, Marselino sudah mengantongi pengalaman 1,5 musim di Liga 1, dengan capaian tujuh gol dan sembilan assist dalam 29 pertandingan.
Dengan demikian, Marselino sudah dilatih dengan aura kompetitif pekan demi pekan dalam kompetisi penuh oleh Persebaya, sesuatu yang tak didapatkan para seniornya.
Bola kini berada di kaki Marselino, apakah ia mampu mengatasi semua tekanan jauh dari keluarga di Eropa sana...
(Najmul Ula/Nungki Nugroho/BolaNas)