TRIBUNNEWS.COM - Klub kaya raya asal Prancis, PSG kembali menjadi badut Liga Champions setelah tersingkir di babak 16 besar pada musim ini.
PSG harus angkat koper setelah disingkirkan Bayern Munchen dengan agregat 3-0 di 16 besar Liga Champions, Kamis (9/3/2023) dinihari WIB.
Pelatih PSG, Christophe Galtier tak bisa menyembunyikan kekecewaannya setelah timnya dihentikan Bayern Munchen.
Galtier marah besar setelah Marco Verratti melakukan blunder fatal yang menyebabkan Bayern Munchen mencetak gol pembuka pada leg pertama.
Baca juga: Fakta Hasil Liga Champions Tadi Malam: Laju Sempurna Bayern Munchen, Proyek PSG Gagal Maning
Dikala PSG bermain ingin membangun serangan dari lini belakang, bola yang dipegang Verratti berhasil dicuri oleh dua pemain Bayern Munchen.
Kerjasama apik antara Leon Goretzka dan Thomas Muller saat mencuri bola dari penguasaan Verratti otomatis membuat kalang kabut pertahanan PSG.
Dalam sepersekian detik, Goretzka langsung memberikan umpan kepada Erick Chuopo-Moting yang berdiri bebas di depan gawang PSG.
Eks pemain PSG itu akhirnya sukses menjebol jala gawang mantan timnya dan membuat situasi semakin sulit bagi PSG.
Terbukti, setelah gol tersebut, PSG tak bisa berbuat apa-apa termasuk gagal mencetak satu gol pun ke gawang Bayern Munchen yang dijaga Yann Sommer.
Galtier pun akhirnya merasa kecewa berat lantaran timnya tak bisa menghadapi tekanan yang akhirnya berujung blunder fatal.
"Kami kebobolan gol pertama yang benar-benar terlihat seperti bodoh pada level laga seperti ini," ujar Galtier dilansir laman resmi UEFA.
"Ya memang ada tekanan dari Bayern Munchen, tapi terkadang anda seharusnya tidak perlu malu untuk bermain menghadapi tekanan seperti itu,"
"Setelah tertinggal, akhirnya permainan menjadi sulit, apalagi kami juga menyia-yiakan peluang pada babak pertama," tukasnya menambahkan.
Lebih lanjut, Galtier merasa timnya pantas merasa kecewa berat lantaran kembali gagal melaju jauh di panggung sekelas Liga Champions.
Dengan skuad mewah yang dimiliki PSG, Galtier menganggap timnya seharusnya bisa berbuat lebih baik terutama lebih klinis dalam memanfaatkan peluang.
"Ini kekecewaan besar bagi kami, kami harus menghadapinya dan menerima hal tersebut," akui Galtier.
"Saya tidak tahu apakah ada pelajaran yang bisa dipetik dari hasil ini, ada banyak kekecewaan di ruang ganti tim,"
"Semua merasa frustrasi, padahal jika kami mampu mencetak gol dulu, jalannya laga bisa berubah," tambahnya.
Situasi sulit memang dihadapi PSG saat bertandang ke markas Bayern Munchen untuk menghadapi leg kedua, dinihari tadi.
Tertinggal satu gol pada pertemuan pertama ditambah absennya Neymar membuat PSG kehabisan cara untuk menyingkirkan Bayern Munchen.
Blunder fatal yang dilakukan Verratti pada menit ke-61 menjadi awal petaka bagi kekalahan PSG pada laga ini.
Sebelum akhirnya blunder kedua Verratti mengakibatkan Bayern Munchen mampu mencetak gol melalui Serge Gnabry tepat semenit sebelum waktu normal babak kedua melengkapi penderitaan PSG.
PSG bisa saja menyamakan agregat skor jika Matthijs De Ligt dan Yann Sommer tidak melakukan penyelamatan terhadap peluang yang dimiliki Vitinha serta Sergio Ramos pada laga ini.
Kini, PSG harus kembali menunda impiannya untuk bisa mewujudkan proyek ambisius mereka dengan menjadi juara perdana Liga Champions.
(Tribunnews.com/Dwi Setiawan)