News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Liga Champions

PSG Jadi Badut Liga Champions Lagi, Christophe Galtier Marah Besar soal Blunder Fatal Verratti

Penulis: Dwi Setiawan
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gelandang Paris Saint-Germain Italia Marco Verratti (kanan) dilanggar oleh gelandang Jerman Bayern Munich Joshua Kimmich selama babak 16 besar Liga Champions UEFA, pertandingan sepak bola leg kedua FC Bayern Munich v Paris Saint-Germain FC di Munich, Jerman selatan, pada 8 Maret 2023.

TRIBUNNEWS.COM - Klub kaya raya asal Prancis, PSG kembali menjadi badut Liga Champions setelah tersingkir di babak 16 besar pada musim ini.

PSG harus angkat koper setelah disingkirkan Bayern Munchen dengan agregat 3-0 di 16 besar Liga Champions, Kamis (9/3/2023) dinihari WIB.

Pelatih PSG, Christophe Galtier tak bisa menyembunyikan kekecewaannya setelah timnya dihentikan Bayern Munchen.

Galtier marah besar setelah Marco Verratti melakukan blunder fatal yang menyebabkan Bayern Munchen mencetak gol pembuka pada leg pertama.

Baca juga: Fakta Hasil Liga Champions Tadi Malam: Laju Sempurna Bayern Munchen, Proyek PSG Gagal Maning

Gelandang Paris Saint-Germain Italia Marco Verratti (kanan) dilanggar oleh gelandang Jerman Bayern Munich Joshua Kimmich selama babak 16 besar Liga Champions UEFA, pertandingan sepak bola leg kedua FC Bayern Munich v Paris Saint-Germain FC di Munich, Jerman selatan, pada 8 Maret 2023.

Dikala PSG bermain ingin membangun serangan dari lini belakang, bola yang dipegang Verratti berhasil dicuri oleh dua pemain Bayern Munchen.

Kerjasama apik antara Leon Goretzka dan Thomas Muller saat mencuri bola dari penguasaan Verratti otomatis membuat kalang kabut pertahanan PSG.

Dalam sepersekian detik, Goretzka langsung memberikan umpan kepada Erick Chuopo-Moting yang berdiri bebas di depan gawang PSG.

Eks pemain PSG itu akhirnya sukses menjebol jala gawang mantan timnya dan membuat situasi semakin sulit bagi PSG.

Penyerang Paris Saint-Germain Argentina Lionel Messi (kanan) ditangani oleh bek Bayern Munich asal Prancis Benjamin Pavard selama pertandingan sepak bola Liga Champions UEFA antara Paris Saint-Germain (PSG) dan Bayern Munich (FC Bayern Muenchen) di Parc des Princes di Paris , pada 14 Februari 2023. (Anne-Christine POUJOULAT / AFP)

Terbukti, setelah gol tersebut, PSG tak bisa berbuat apa-apa termasuk gagal mencetak satu gol pun ke gawang Bayern Munchen yang dijaga Yann Sommer.

Galtier pun akhirnya merasa kecewa berat lantaran timnya tak bisa menghadapi tekanan yang akhirnya berujung blunder fatal.

"Kami kebobolan gol pertama yang benar-benar terlihat seperti bodoh pada level laga seperti ini," ujar Galtier dilansir laman resmi UEFA.

"Ya memang ada tekanan dari Bayern Munchen, tapi terkadang anda seharusnya tidak perlu malu untuk bermain menghadapi tekanan seperti itu,"

"Setelah tertinggal, akhirnya permainan menjadi sulit, apalagi kami juga menyia-yiakan peluang pada babak pertama," tukasnya menambahkan.

Pelatih Prancis Christophe Galtier (kiri) berbicara di sebelah Presiden PSG Nasser Al-Khelaifi (kanan) selama konferensi pers setelah ditunjuk sebagai pelatih kepala klub sepak bola L1 Prancis Paris Saint-Germain (PSG), di stadion Parc des Princes di Paris pada 5 Juli 2022. Pria Prancis berusia 55 tahun itu berhenti sebagai pelatih Nice pada Juni dan menggantikan Mauricio Pochettino, yang dibebaskan dari tugasnya hari ini. Galtier, yang membawa Lille meraih gelar Ligue 1 pada 2021, adalah pelatih ketujuh PSG sejak klub Qatar membeli klub 11 tahun lalu dan diharapkan akhirnya mengangkat trofi Liga Champions. (BERTRAND GUAY / AFP)

Lebih lanjut, Galtier merasa timnya pantas merasa kecewa berat lantaran kembali gagal melaju jauh di panggung sekelas Liga Champions.

Dengan skuad mewah yang dimiliki PSG, Galtier menganggap timnya seharusnya bisa berbuat lebih baik terutama lebih klinis dalam memanfaatkan peluang.

"Ini kekecewaan besar bagi kami, kami harus menghadapinya dan menerima hal tersebut," akui Galtier.

"Saya tidak tahu apakah ada pelajaran yang bisa dipetik dari hasil ini, ada banyak kekecewaan di ruang ganti tim,"

"Semua merasa frustrasi, padahal jika kami mampu mencetak gol dulu, jalannya laga bisa berubah," tambahnya.

Situasi sulit memang dihadapi PSG saat bertandang ke markas Bayern Munchen untuk menghadapi leg kedua, dinihari tadi.

Tertinggal satu gol pada pertemuan pertama ditambah absennya Neymar membuat PSG kehabisan cara untuk menyingkirkan Bayern Munchen.

Blunder fatal yang dilakukan Verratti pada menit ke-61 menjadi awal petaka bagi kekalahan PSG pada laga ini.

Sebelum akhirnya blunder kedua Verratti mengakibatkan Bayern Munchen mampu mencetak gol melalui Serge Gnabry tepat semenit sebelum waktu normal babak kedua melengkapi penderitaan PSG.

PSG bisa saja menyamakan agregat skor jika Matthijs De Ligt dan Yann Sommer tidak melakukan penyelamatan terhadap peluang yang dimiliki Vitinha serta Sergio Ramos pada laga ini.

Kini, PSG harus kembali menunda impiannya untuk bisa mewujudkan proyek ambisius mereka dengan menjadi juara perdana Liga Champions.

(Tribunnews.com/Dwi Setiawan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini