News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Piala Dunia U20

Bung Kus: Pembatalan Drawing Merupakan Warning Awal dari FIFA, Indonesia akan Dapat Sanksi dari FIFA

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Muhammad Barir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bung Kusnaeni, pengamat sepak bola nasional. Mohamad Kusnaeni menilai pembatalan drawing FIFA U20 yang dijadwalkan 31 Maret 2023 di Bali berpotensi memunculkan sanksi lebih berat.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Sepak Bola Mohamad Kusnaeni menilai pembatalan drawing FIFA U20 yang dijadwalkan 31 Maret 2023 di Bali berpotensi memunculkan sanksi lebih berat.

Menurutnya, ganjaran sanksi bakal lebih pelik dari banned keanggotaan PSSI di 2016 silam.

Kala itu PSSI juga dijatuhi hukuman sanksi oleh FIFA gara-gara intervensi pemerintah RI.

"Kali ini akan lebih berat dan pelik karena berkaitan dengan Piala Dunia U-20," ucap pria yang akrab disapa Bung Kus saat dikonfirmasi, Senin (27/3/2023).

Kusnaeni mengatakan pembatalan drawing merupakan warning awal dari FIFA. 

"Jika kita sampai gagal melaksanakan event FIFA U-20 tersebut Indonesia dianggap menodai kepercayaan yang diberikan FIFA. Otoritas tertinggi sepak bola internasional tersebut dirugikan secara material dan inmaterial, karena pelaksaan event mereka kacau balau," ucapnya.

Kusnaeni berharap pemerintah dan juga PSSI maupun LOC berkonsolidasi menyelesaikan sederet persoalan yang menjadi perhatian FIFA.

“Kita berharap semoga FIFA tidak melakukan pembatalan penujukkan Indonesia sebagai tuan rumah. Pembatalan drawing merupakan peringatan awal, apa yang perlu lakukan? Segera konsolidasi dan bereskan PR yang ada," urainya.

Dia menambahkan tidak cuma masalah penolakan terhadap Timnas Israel saja yang jadi perhatian FIFA, tapi juga berkaitan dengan infrastruktur.
 
"Mereka saya yakin berharap Indonesia bisa sukses menjadi tuan rumah,” katanya.

Bung Kus menuturkan jika terkena sanksi, dunia sepak bola Tanah Air diyakini bakal terdampak.
 
Dia menilai para pemain terbaik negeri ini kehilangan kesempatan bersaing di pentas internasional.
 
Pada periode 2015-2016 Indonesia pernah merasakan pahitnya sanksi dari FIFA, dikucilkan dari pentas internasional.

"Gara-gara dilarang berkiprah di ajang resmi, ranking Indonesia melorot drastis. Mimpi melihat Indonesia berprestasi makin jauh, karena secara ranking FIFA Tim Merah-Putih terlempar jauh," tukas Kusnaeni.

Pun demikian, di level domestik di mana kompetisi kian sulit mendapatkan sponsor kakap. Perusahaan kakap berpikir ulang mau berinvestasi ke klub maupun PSSI karena khawatir pelaksanaan kompetisi akan tersendat.

"Jangan sampai hal itu terjadi. Mimpi buruk buat sepak bola kita. Jangan bermain-main dengan kesepakatan yang sudah dibuat dengan FIFA. Kita jadi host prosesnya mengajukan diri, bukan ujuk-ujuk FIFA yang minta. Taati kesepakatan yang ada. Segera cari air untuk memadamkan kebakaran yang timbul,” tutur Kusnaeni.

Gunakan Semua Opsi

Anggota Komite Eksekutif PSSI Arya Sinulingga menggambarkan situasi terkini pasca FIFA membatalkan drawing Piala Dunia U-20 2023 di Bali pada 31 Maret 2023.  

Dia mengungkapkan bahwa situasi berkaitan status Indonesia sebagai tuan rumah tidak bisa diprediksi.

"Kemarin kami sudah dapat informasi dari FIFA ke LOC (Panitia Lokal), dalam pemberitahuan belum ada surat resmi tapi sudah jelas bahwa drawing Piala Dunia U-20 telah dibatalkan FIFA. Keputusan berasal dari mereka. Memang kami belum dapat surat resmi dari FIFA, namun pesannya jelas bahwa dibatalkan," ungkap Arya.

Menurut Arya, adanya penolakan dari Gubernur Bali yang menolak kedatangan Israel di mana mereka tidak diperbolehkan mengikuti drawing menjadi dasar keputusan membatalkan pelaksanaan drawing.

“Gubernur Bali telah meneken government guarantee, bersepakat dan setuju saat Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, dan sekarang mereka menolak. Wajar kalo FIFA akhirnya memutuskan membatalkan drawing di sana," ucapnya.

PSSI dan LOC saat ini tidak bisa memprediksi status Indonesia sebagai tuan rumah, mengingat FIFA belum lagi bersurat pasca mengumumkan pembatalan drawing.

“Kemudian mengenai kapan waktu drawing dan di mana, kami belum dapat informasi dari FIFA. Saat ini kami sedang memikirkan cara bagaimana Indonesia khususnya sepak bola tidak dikucilkan dalam suatu ekosistem sepak bola," tutur Arya.

"Kita memang tahu sangat sulit memisahkan politik dan olahraga. Kami ingin olahraga tetap pada konteks olahraga," sambungnya.

Arya menyebut Ketua Umum PSSI yang juga Ketua LOC, Erick Thohir tengah melakukan konsolidasi dengan pemerintah.

“Pak Erick Thohir sedang koordinasi dengan Kemenlu sebagai penanggung jawab diplomasi dan Kemenpora yang berpayung menjadi INAFOC sebagai penyelenggara event.

Demikian juga beliau akan melaporkan ke Presiden RI Joko Widodo, proses-proses ini dan mencari solusi yang terbaik untuk menyelamatkan sepak bola indonesia yang kita cintai," tuturnya.

PSSI tak berani berandai-andai soal bagaimana status Indonesia sebagai host, usai batalnya pengundian.  

Karena dengan dibatalkannya drawing ini, penetapan grup sudah berubah. 

"Kita tidak tahu bagaimana kondisi terkini. Pastinya, Pak Erick akan lakukan diplomasi pendekatan ke FIFA," urai Arya.

Berkaitan dengan bagaimana posisi pemerintah menyikapi perkembangan terkini, Arya berujar juga tidak mengetahui pasti tetapi yang pasti pemerintah sama sekali tak berniat mundur. 

"Kami dari PSSI sebagai penyelenggara tetap jalan. Yang terjadi saat ini pemerintah daerah yang tidak bisa menerima dan menjamin penyelenggaraan itu," katanya.

Arya juga menegaskan tidak mungkin bagi PSSI atau LOC melakukan permohonan ke FIFA, agar Israel bertanding di Singapura untuk menjaga situasi politik dalam negeri kondusif.  

“Masalahnya pengajuan sebagai tuan rumah sejak awal hanya satu negara. Jadi, pasti ditolak jika Indonesia mengajukan Singapura sebagai tempat bertanding bagi Israel.

Proses kaitan Singapura bakal panjang. Kami harus lobi pemerintah singapura. Kalau itu mau dilakukan semestinya sejak awal, bidding dilakukan melibatkan dua negara, bukan di tengah-tengah atau di ujung.”

PSSI dalam posisi bingung dengan mencuatnya banyak penolakan Israel hanya berselang dua bulan jelang penyelenggaraan Piala Dunia U-20.

"Mengapa baru sekarang, kita juga enggak tahu kenapa baru sekarang? Sebelumnya tidak ada ramai-ramai penolakan. Tapi ya sudahlah, kita harus hadapi yang ada,” tuntasnya. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini