Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Pakar Partai Amanat Nasional (PAN) Drajad Wibowo turut menyorotinsoal batalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.
Menurut Drajad dampak politik dari peristiwa itu akan besar terhadap Pilpres 2024, mendatang. Sedangkan, untuk dampak pada pemilihan legislatif (Pileg) akan sedikit.
"Kalau terhadap Pileg, hemat saya dampaknya minimal," kata Drajad Wibowo, Kamis (30/3/2023).
Drajad pun menjelaskan soal peryataannya itu karena menduga Presiden Jokowi disebut kecewa dengan pembatalan tersebut.
Padahal, pada Jumat 24 Maret, Presiden Jokowi menerima Dubes Palestina Zuhair Al Shun di Istana Merdeka.
Lalu pada hari Selasa, 28 Maret, Presiden Jokowi menyampaikan kesetujuan dengan sikap Dubes Palestina bahwa FIFA memiliki aturan yang harus ditaati anggotanya, dan seterusnya.
Baca juga: Di Tengah Pembatalan Tuan Rumah Piala Dunia, PDIP Pastikan Megawati dalam Kondisi Sehat
Bukan hanya itu, Presiden juga menjelaskan, terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah itu setelah melalui proses yang panjang.
Yang dikalahkan pun tidak tanggung-tanggung, yaitu Brazil dan Peru yang punya prestasi tinggi di sepakbola.
Itu semua belum cukup. Menteri BUMN Erick Thohir pun ditugaskan ke Swiss agar melobby FIFA sebagai Ketum PSSI.
"Presiden memang tidak mengatakan langsung. Tapi rangkaian peristiwa di atas menunjukkan pentingnya ketuanrumahan Indonesia itu dalam
pandangan Presiden," ucapnya.
"Jangan lupa, Presiden Jokowi itu orang Jawa, dari salah satu episentrum budaya Jawa, yaitu Solo.
Tidak semuanya harus diucapkan. Tapi ada nasihat Jawa yg bunyinya 'kudu iso rumongso'. Harus bisa merasa, sensitif terhadap hal-hal yg tersirat, tidak terucap apalagi tersurat," sambung Drajad.
Di pun menilai, amat sangat wajar jika Presiden lumayan kecewa.
Selain itu, sangat wajar juga jika Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali I Wayan Koster dinilai punya andil dalam kekecewaan tersebut.
"Apakah akan berdampak terhadap sikap beliau dalam pencapresan? Sebagai orang Jawa yang besar dalam budaya Jawa, meski pesisir ksrena asli Surabaya, rasa-rasanya jawabnya adalah Iya. Mudah-mudahan saya salah," ungkapnya.
Dia juga menyebut, seandainya benar Presiden akan berubah sikap dalam pencapresan, ujungnya bisa beragam.
Di mana, bisa berujung kesepakatan dan pengamanannya, menjadi 100 persen netral, dan yang paling drastis adalah mengubah capres yang bakal diendorse.
"Yang jelas endorsement Presiden berperan penting karena sangat tingginya popularitas dan elektabilitas beliau," tutupnya.