Menurut mereka, kesempatan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 sebenarnya bisa menjadi pembuktian Indonesia kepada dunia bahwa Indonesia telah berubah.
"Terakhir kali Indonesia menjadi berita utama dunia adalah penyerbuan di stadion sepak bola (Kanjuruhan) Oktober lalu yang menewaskan 135 orang dan dipicu oleh penggunaan gas air mata oleh polisi."
"Inilah (tuan rumah Piala Dunia U-20 2023) kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan kepada dunia dan rakyatnya sendiri bahwa Indonesia jauh lebih baik dari itu.
"Inilah kesempatan sempurna bagi Indonesia untuk melangkah maju," tulis mereka.
Selain itu, mereka juga mengungkit langkah anti-Israel yang diambil Indonesia pada tahun 1958.
Sebelumnya pada tahun 1958, Indonesia mengambil langkah penolakan bertanding melawan atlet Israel pada babak kualifikasi Piala Dunia.
"Ini bukan kali pertama Indonesia mengambil langkah melawan atlet Israel."
"Pada tahun 1958, Indonesia (bersama dengan Turki dan Sudan) keluar dari babak kualifikasi Piala Dunia untuk menghindari bermain melawan Israel."
"Saat ini, Turki dan Sudan sama-sama memiliki hubungan dengan Israel."
"Sementara posisi Indonesia terhadap negara Yahudi tetap membeku seperti 65 tahun lalu," tulis mereka.
Lebih lanjut, Jerusalem Post menyebut sikap anti-Israel merugikan Indonesia sendiri, terutama kesempatan para pemain mudanya untuk bersaing di level internasional.
"Antipati terhadap Israel begitu membutakan Indonesia sehingga negara tersebut mengambil langkah yang bertentangan dengan kepentingannya sendiri."
"Menjadi tuan rumah turnamen ini akan memungkinkan tim junior mereka, yang tidak memenuhi syarat atas kemampuannya sendiri, untuk berpartisipasi."
Selain itu, juga bunuh diri mematikan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri yang dinilai mereka mengalami kerugian besar.
"Dan menjadi tuan rumah turnamen diharapkan dapat menghasilkan pemasukan beberapa ratus juta dolar ke dalam ekonomi lokal," tulisn laporan Jerusalem Post. (Reno Kusdaroji/BolaSport)