TRIBUNNEWS.COM - AC Milan dan Napoli telah merampungkan laga leg pertama perempat final Liga Champions, Kamis (13/4/2023) di San Siro.
AC Milan keluar sebagai pemenang dengan skor tipis 1-0 berkat gol Ismael Bennacer (40').
Laga yang juga disebut sebagai perang saudara sesama tim Liga Italia ini juga menyuguhkan drama tersendiri.
Baca juga: Liga Champions: Penderitaan Kembar Chelsea dan Napoli, Sama-sama Tumbang dan Minus Satu Pemain
Napoli harus mengakhiri pertandingan dengan 10 pemain saja setelah Anguissa mendapatkan kartu merah.
AC Milan yang unggul jumlah pemain tak bisa memanfaatkan situasi tersebut.
Meski berstatus sebagai lawan, AC Milan dan Napoli punya kesamaan di pertandingan ini.
Dua tim asal Italia itu kompak memusuhi wasit yang bertugas, Istvan Kovacs asal Rumania.
Protes dari kubu AC Milan datang dari sang kapten, Davide Calabria.
Calabria mengaku tak habis pikir dengan tindakan yang diambil wasit.
Pada satu momen, wasit memanggil Calabria dan Di Lorenzo (kapten Napoli) untuk membahas sesuatu.
Rupanya sang wasit memberi tahu bahwa VAR yang digunakan di laga ini sering mengalami gangguan.
Calabria mencoba mencari kejelasan soal itu.
Pasalnya Rossoneri mengklaim berhak mendapatkan penalti di akhir pertandingan.
Namun wasit tak mau menjawab pertanyaan dari Calabria.
Protes yang ia lancarkan malah berbuah kartu kuning.
"Saya tidak mengerti kenapa saya tidak bisa berbicara kepada wasit sebagai seorang kapten," ungkap Calabria.
"Saya bahkan mendapatkan kartu kuning."
"Dan saya rasa itu adalah hal konyol. Jika saya tidak bisa berbicara dengan wasit lantas siapa yang bisa?" lanjutnya.
Protes serupa juga dilayangkan kubu Napoli.
Sang pelatih, Luciano Spalletti mengaku tak puas dengan kinerja wasit.
Menurutnya wasit tak mengambil keputusan yang tepat terkait kartu kuning Anguissa.
Spalletti memandang Aguissa lebih banyak menekel bola daripada mengenai kaki lawan.
Selain itu, wasit juga memberikan kartu kuning kepada bek Kim Min-jae.
Kartu kuning diberikan kepada pemain asal Korea Selatan setelah dirinya memprotes keputusan wasit.
"Menurut saya Anguissa mendapatkan bola. Jika kita melihat kartu kuning Zielinski, maka ada pertanyaan soal gestur yang boleh dilakukan pemain," ucap Spalletti.
"Jika Anda berbicara tentang kartu kuning Kim, Anda berbicara soal pesan yang bisa dikirim kepada anak-anak di rumah."
"Anda bisa mengatakan kepada anak Anda bahwa mereka boleh tantrum dan merusak bendera tendangan sudut dan tak mendapat hukuman apapun," lanjutnya.
Spalletti merujuk pada tindakan Rafael Leao di babak pertama.
Saat itu, pemain asal Portugal itu menendang bendera tendangan sudut setelah gagal memanfaatkan peluang.
(Tribunnews.com/Guruh)