Formasi 3 bek bisa berubah menjadi 5 pemain sejajar dengan mengandalkan dua peran bek sayap yang dinamis, baik dalam membantu pertahanan maupun serangan.
Di sisi kiri, jelas, peluang terbesar yang akan ditempati oleh Pratama Arhan.
Jika Indra Sjafri memilih 4-3-3 akan menurunkan Arhan, Dewangga, Ridho, dan Rio di sektor pertahanan.
Namun jika memilih tiga pertahanan utama dengan opsi dua pemain fleksibel, nama Ferrari dari U20 patut menjadi pertimbangan.
Di sektor lini tengah, Indra Sjafri punya dua pemain yang bisa mengkreasikan permainan, Beckhan dan Marselino untuk maju lebih agresif ke sektor pertahanan lawan.
Mereka bisa menjadi penghubung sekaligus kreator serangan Garuda Nusantara.
Ditambah dengan pergerakan Witan Sulaeman di sayap kiri yang bisa lebih cari sebagai false nine atau sebagai penyerang dari sisi kanan.
Ramadhan Sananta yang menjadi juru gedor bisa mendapat suplai-suplai dari ketiga kreator di atas.
Opsi lain dengan mengandalkan umpan tarik dan umpan silang dari sisi sayap dari pergerakan tak terduga Marselino ke kotak pertahanan lawan.
Sejak SEA Games 2009 setelah tujuh edisi dilewati, Timnas U22 Indonesia sejatinya punya catatan cukup baik melakoni laga perdana penyisihan grup.
Pernah menang telak 6-0 dari Kamboja (SEA Games 2011) dan menang tipis 1-0 pada edisi berikutnya, serta menang meyakinkan 2-0 dari Thailand (2019).
Dengan format grup tahun ini, Timnas U22 Indonesia sejatinya lebih diunggulkan dan berada di atas kertas melebih Filipina, Myanmar, Timor Leste, dan tuan rumah Kamboja.
Berbeda dengan grup B yang dihuni oleh kandidat-kandidat juara seperti Vietnam dan Thailand.
Oleh karena itu, penting rasanya bagi Indra Sjafri dan Timnas U22 Indonesia untuk meraih kemenangan perdana saat melawan Filipina akhir pekan nanti.