TRIBUNNEWS.COM- Setelah musim yang buruk dengan tiga manajer berbeda, 22 kali kalah dari 38 laga, Leicester City akhirnya terdegradasi.
Leicester City, Juara Liga Primer 2016 dan Piala FA dua tahun lalu ini, akan berkiprah di Liga Championship musim depan.
Kemenangan Leicester City atas West Ham 2-1 di laga terakhir, tak menjadi penolong lantaran pada laga lainnya Everton mengalahkan Bournemouth 1-0.
The Foxes tergusur bersama Leeds, dan Southampton. Sebagai gantinya, tiga tim dari Championship akan promosi yakni Burnley, Sheffield United, dan Luton Town.
Ironisnya adalah, Leicester diperkuat para pemain bintang dengan gaji selangit. Tagihan gaji The Foxes mencapai 180 juta pound - tertinggi di luar tim enam besar.
Dengan James Maddison, Jamie Vardy, dan Ricardo Pereira di antara sejumlah pemain yang digaji lebih dari 100 ribu pound seminggu.
"Leicester menjadi skuat termahal, dengan tagihan gaji tertinggi, yang akan terdegradasi dalam sejarah Liga Premier," kata pakar keuangan olahraga Kieran Maguire kepada podcast
"When You're Smiling Radio Leicester". Lantas, kenapa Leicester bisa terdegradasi musim ini? Dirangkum dari tulisan Shamoon Hafez di BBC, ada sejumlah faktor yang membuat The Foxes terpuruk.
Dan itu sudah terlibat sinyalnya sejak pra-musim. Brendan Rodgers telah melakukan pekerjaan luar biasa sebagai manajer sejak bergabung dari Celtic pada Februari 2019.
Dia memimpin Piala FA dua tahun kemudian. dan juga mengamankan Community Shield.
Timnya gagal kembali ke Liga Champions dengan finis di urutan kelima berturut-turut, sebelum berada di urutan kedelapan musim lalu, dan mencapai semifinal Liga Konferensi Eropa perdana.
Rodgers ingin perubahan lebih mendasar musim ini. Dia menjual Nampalys Mendy, dan pemain depan Ayoze Perez untuk mendapatkan modal besar belaja pemain incaran.
Apa daya, keuangan The Foxes terbatas. Walhasil, mereka hanya mendatangkan satu rekrutan yang signifikan yakni bek Wout Faes dari Rennes.
Musim berjalan kacau. Leicester hanya sekali menang dari 10 laga pembuka. Rodgers dipecat pada 2 April setelah timnya kalah 2-1 dari Crystal Palace yang membuat mereka masuk zona degradasi.
Mike Stowell, dan Adam Sadler ditunjuk jadi pelatih sementara. Dan keduanya harus menyaksikan timnya kalah dari Villa, dan Bournemouth sehingga makin terbenam.
Dengan delapan laga tersisa, datanglah Dean Smith kemudian. Tapi segalanya sudah terlambat.
Faktor lain adalah, kesalahan mereka melepas sang ikon, kiper sekaligus kapten, Kasper Schmeichel ke Nice, setelah sebela tahun, dan 479 laga memperkuat The Foxes.
Tak ada kiper sehebat Schmeichel di bawah mistar Leicester setelah itu. Tak ada juga kapten dengan peran signifkan seperti halnya Schmeichel seperti itu.
Hasil imbang 0-0 kontra Newcastle (23/5) lalu, adalah clean sheet pertama mereka sejak November --mengakhiri 21 laga di mana mereka selalu kebobolan.
The Foxes tercatat 68 kali kegolan musim ini. Hanya kalah oleh Leeds (78), Southampton (73) - keduanya terdegradasi juga -, dan Bournemouth (71). (Tribunnews/den)