News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Liga Indonesia

Gede Widiade, Pemilik Klub Liga 2 Menyayangkan Keputusan Operator Liga 2 Tetap Sama dengan Liga 1

Penulis: Abdul Majid
Editor: Muhammad Barir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gede Widiade saat memaparkan evaluasi jalannya pertandingan. Gede Widiade adalah pemilik klub Liga 2

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – PSSI sebelumnya sempat berencana agar kompetisi Liga 2 mempunyai operator sendiri, terpisah dari Liga 1.

Akan tetapi rencana tersebut urung terlaksana dan kompetisi Liga 2 2023/2024 kembali ditangani PT Liga Indonesia Baru (LIB).

Kepastian itu sempat diutarakan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir usai Kongres Biasa pada Minggu (28/5/2023) di Hotel Intercontinental, Pondok Indah, Jakarta.

“(Operator Liga 2) tetap di Liga 1 sementara. Kami lihat tahun depan lagi,” kata Erick Thohir.

Sementara itu, pemilik klub Liga 2, Gede Widiade sebenarnya cukup menyayangkan keputusan operator Liga 2 tetap sama dengan Liga 1.

Menurutnya, apabila kompetisi Liga 2 dikelola secara mandiri atau mempunyai operator sendiri hal itu bisa lebih efisien.

“Di sarasehan kemarin yang minta untuk pengelola bukan kami karena kami sudah lelah pada 2 tahun lalu salah satu Exco itu bilang ke saya, sudah lah jangan bicara soal pengelolaan lagi, tapi kan saya harus menyampaikan isi hati teman-teman (klub Liga 2),” cerita Gede Widiade dalam diskusi yang digelar Seejontor FC di Senayan Park, Jakarta, Kamis (31/5/2023).

“Waktu di sarasehan yang minta kepada kami itu PSSI, kami sudah pulang terus dipanggil. Jadi kalau menurut saya, kalau mandiri itu bisa lebih efisiensi,” jelasnya.

Lebih lanjut, eks bos Persija Jakarta itu membeberkan besaran anggaran untuk bisa menggulirkan kompetisi Liga 2.

Bahkan ia menjelaskan strategi bagaimana cara efisiensi dalam pengelolaan kompetisi Liga 2.

“Jadi kalau menurut saya tidak terlalu mahal ya kisaran 50-60 miliar, itu sudah bisa running dengan catatan produksi itu kita pilih sendiri, sama (siaran) TV kami cari yang baru. Kalau pakai tv yang lama itu harus kami berikan produksi sejumlah pertandingan yang ada,” ujar Gede.

“Ya kalau pertandingan 328, jadikan produksinya harus segitu. Itu duit subsidi doang semua 50 miliar, malanya produksi 50 persen saja yang disiarkan partai-partai bagus tapi mewakili daerah. Itu efisiensi,” katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini