TRIBUNNEWS.COM - Final Liga Champions antara Manchester City vs Inter Milan bakal menyajikan 6 duel panas dari masing-masing pemain kedua tim.
Manchester City yang mempunyai segudang pemain berkualitas jelas lebih difavoritkan ketimbang Inter Milan.
Pemain bintang Manchester City seperti penjaga gawang Ederson Moraes, bek Ruben Dias, geladang Kevin De Bruyne hingga striker Erling Haaland.
Baca juga: Prediksi Final Liga Champions Versi Legenda MU: City Kalahkan Inter Lewat Selisih 2 Gol
Deretan nama-nama itu telah terbukti kualitasnya, mereka membantu Manchester City lolos ke Final Liga Champions.
Erling Haaland dkk mencapai Final Liga Champions setelah bertemu musuh berat Real Madrid dan Bayern Munchin.
Bahkan pasukan Pep Guardiola tersebut telah memenangkan gelar Liga Inggris dan Piala FA.
Kini Manchester City berpeluang treble winners jika mampu memenangkan Final Liga Champions.
Beralih ke Inter Milan, wakil pertama Italia yang ke Final Liga Champions setelah terakhir 6 tahun lalu.
Inter Milan tidak bisa dipandang remeh karena juga memiliki beberapa pemain berkualitas.
Sebut saja Andre Onana yang bertugas sebagai kiper, kemudian ada Francesco Acerbi, Marcelo Brozovic hingga Lautaro Martinez.
Pemain Inter Milan yang disebutkan itu merupakan andalan bagi negaranya masing-masing.
Jadi mari kita lihat lebih dekat tentang 6 duel Final Liga Champions yang dirangkum oleh laman Cultofcalcio:
John Stones vs Lautaro Martinez
Pep Guardiola telah membuktikan kejeniusannya dengan merubah posisi John Stones yang kini jarang menempati bek tengah.
John Stones kini lebih sering memerankan gelandang bertahan hingga bek kanan.
Peran baru pemain Inggris itu membuatnya akan berhadapan dengan Lautaro Martinez yang bertugas di lini serang Inter Milan.
Lautaro Martinez mungkin akan mundur sesekali untuk membantu rekan setimnya dalam mengambil bola dari area mereka dan meluncurkan serangan balik yang tajam, meninggalkan Edin Dzeko sebagai satu-satunya pemain di depan.
Oleh karena itu, kami memperkirakan pemain Argentina itu akan berpapasan dengan Stones dalam banyak kesempatan, terutama saat mencoba menerima bola di antara lini pertahanan City.
Ini menjadi tantangan mantan pemain Everton itu untuk menutup semua ruang saat menghadapi bintang Inter yang paling eksplosif.
Kevin De Bruyne vs Marcelo Brozovic
Duel menggiurkan antara playmaker terbaik di dunia dan Regista (playmaker deep-lying) asal Serie A.
Meskipun kedua veteran ini terkenal karena kreativitas dan keterampilan teknis yang luar biasa, mereka juga akan memiliki pekerjaan ekstra selain mengatur permainan untuk tim masing-masing.
Marcelo Brozovic harus melindungi pertahanan Beneamata , jadi salah satu tugas utamanya adalah mematikan bahaya Kevin De Bruyne setiap kali mengirimkan bola ke rekannya.
Di sisi lain, pemain Belgia itu mungkin akan mendapat instruksi untuk mengawasi pergerakan Brozovic ketika memulai serangan dari aliran bola belakang.
Ilkay Gundogan vs Nicolo Barella
Pada usia 32 tahun, Ilkay Gundogan ingin mengangkat trofi Liga Champions sebagai kapten Man City dalam pertandingan terakhirnya untuk klub karena masa depannya masih belum pasti.
Sementara pemain Jerman itu telah menunjukkan apa yang bisa menjadi penampilan terbaik dalam karir bermainnya.
Tapi calon lawannya Nicolò Barella, dia akan menemukan dirinya sebagai penghancur atau penghambat aliran bola.
Pemain internasional Italia terkenal teknis, cepat, dan tanpa lelah. Dia pasti akan menikmati duel menarik ini melawan rekannya yang lebih berpengalaman.
Bernardo Silva vs Federico Dimarco
Dari duel lini tengah, saatnya beralih ke sayap. Menyusul penampilannya yang gemilang melawan Real Madrid di semifinal, Bernardo Silva kemungkinan besar akan menjadi starter di sayap kanan dengan mengorbankan Riyad Mahrez yang sama hebatnya.
Ini akan memicu pertarungan yang meyakinkan melawan Federico Dimarco dan Alessandro Bastoni.
Akan tetapi nama yang disebutkan terakhir harus membantu Francesco Acerbi dalam misinya menjaga pertahanan Inter Milan.
Dengan demikian, Dimarco menjadi opsi bagi Inter Milan untuk menghentikan pergerakan Bernardo Silva.
Selain itu Di Marco yang berposisi bek sayap itu juga memainkan peran integral dalam manuver menyerang Inzaghi.
Oleh karena itu, Bernardo juga harus mundur untuk memastikan bahwa lawannya asal Italia itu tidak memiliki terlalu banyak ruang untuk melepaskan umpan silang berbahaya dari sayap kiri.
Jack Grealish vs Matteo Darmian
Dalam skuat ekstra mewah Guardiola, bahkan pemain bintang seharga 100 juta pound pun bisa kalah dalam perombakan.
Jadi sementara Jack Grealish tampaknya menuju ke arah itu setelah musim pertama yang mengecewakan di Stadion Etihad, dia kini telah memantapkan dirinya sebagai pemain kunci dan starter otomatis untuk juara Inggris tersebut.
Sementara itu, Matteo Darmian mungkin adalah pahlawan tanpa tanda jasa terbesar di tim Inter ini.
Veteran serba bisa itu bisa tampil di beberapa posisi, tetapi telah menemukan tempat terbaiknya di tiga bek selama absennya Milan Skriniar.
Sebagai mantan Setan Merah, ini akan menjadi urusan Derby pribadi bagi pemain berusia 33 tahun itersebut.
Erling Haaland vs Francesco Acerbi
Di usianya yang masih 22 tahun, Erling Haaland secara teknis masih terbilang muda, namun ia selalu ditakdirkan menjadi ujung tombak barisan timnya di final Liga Champions.
Sebaliknya, tidak ada yang membayangkan Francesco Acerbi yang berusia 35 tahun menjadi musuh langsung striker Norwegia tersebut.
Bek gaek itu menghabiskan sebagian besar karir bermainnya di klub papan tengah seperti Chievo dan Sassuolo, dan bahkan berada di ambang pensiun setelah didiagnosis menderita kanker.
Namun demikian, kisah dongeng yang mengagumkan dapat dengan mudah berubah menjadi mimpi buruk, karena pemenang Euro 2020 akan diadu melawan monster pirang yang sulit dihentikan.
Oleh karena itu, Acerbi akan membutuhkan beberapa bantuan penting dari rekan satu timnya jika dia akan memiliki peluang melawan striker yang bisa mencetak gol dari semua sudut.
Tak sampai disitu, bek asal Italia tersebut harus menghindari sprint dengan segala cara dan menahan godaan untuk mengejar musuhnya di seluruh lapangan, karena itu akan menjadi petaka.
Sebaliknya, Acerbi akan lebih baik mengatur lini belakang sambil berharap rekan setimnya yang menyerang memaksimalkan peluang mereka.
(Tribunnews.com/Ipunk)