News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Liga Italia

Silvio Berlusconi Meninggal Dunia, Mantan Bos AC Milan yang Jadi Dewa Penolong AC Monza

Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mantan pemilik AC Milan, Silvio Berlusconi meninggal dunia hari ini, Senin (12/6/2023) karena penyakit leukimia - Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi memberikan pidato pada kongres tahunan Partai Rakyat Eropa (EPP), 30 Maret 2006 di Roma. Demokrat Kristen Eropa memperluas dukungan mereka untuk Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi, yang menghadapi pertarungan keras dalam pemilihan umum minggu depan. Mantan perdana menteri Italia Silvio Berlusconi meninggal pada usia 86 tahun.

TRIBUNNEWS.COM - Mantan pemilik klub sepak bola Liga Italia AC Milan, Silvio Berlusconi, dikabarkan meninggal dunia pada, Senin (12/6/2023).

Kabar meninggalnya Berlusconi ini pertama kali diturunkan oleh media Italia, La Gazzetta Dello Sport.

Mereka mengonfirmasi bahwa pria yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Italia itu wafat.

Ia meninggal di usia 86 tahun.

Silvio Berlusconi meninggal di rumah sakit San Raffaele di kota Milan, Senin (12/6/2023) pagi waktu setempat.

Dilaporkan sumber yang berbeda, Football Italia, Silvio Berlusconi meninggal dunia diakibatkan penyakit yang cukyup parah.

Baca juga: Mumpung Internal AC Milan Lagi Goyah, Presiden Napoli Goda Pioli untuk Jadi Pembelot

Pria yang menyandang status sebagai presiden klub AC Monza ini menderita penyakit Leukimia. Penyakit ini sudah diderita Berlusconi dalam beberapa bulan terakhir.

Pada hari Jumat (9/6/2023) kemarin Berlusconi dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani tes medis. Namun tiga hari berselang, ia menghembuskan nafas terakhirnya.

Meski dikenal luas sebagai mantan perdana menteri Italia, Silvio Berlusconi dikenal para pecinta sepak bola Italia sebagai pemilik AC Milan.

Lantas seperti apa rekam jejak seorang Silvio Berlusconi mewarnai sepak bola di Negri Pizza?

Pada 8 Juli 1986, sekitar 10 ribu penggemar AC Milan berkumpul di Arena Civica. 

Helikopter datang dan mendarat yang di dalamnya muncul Franco Baresi disusul pemain-pemain AC Milan lainnya. Lalu, muncul sosok yang ditunggu kedatangannya sejak lama, Silvio Berlusconi.

Hari itu Berlusconi resmi diperkenalkan sebagai Presiden AC Milan.

Sang konglomerat dengan lantang berkata dia adalah penggemar AC Milan sejak lama dan Berlusconi menjanjikan kebangkitan.

Beberapa bulan sebelumnya, 20 Februari 1986, Berlusconi sepakat membeli Rossoneri.

Tim Merah-Hitam yang dibeli oleh Berlusconi itu memang tim besar, namun ketika Berlusconi datang, Milan adalah tim besar yang terluka.

Milan dua kali terkena degradasi di awal era 80-an.

Pertama, karena mereka terindikasi terlibat dalam pengaturan skor dan yang kedua karena mereka tak cukup hebat dalam hal kualitas tim di atas lapangan.

Kondisi finansial Milan pun tak begitu bagus saat itu. Dan dengan uang sebesar 40 juta lira, Berlusconi resmi jadi pemilik baru Rossoneri.

Musim perdana adalah adaptasi dan musim-musim selanjutnya gelimang prestasi. Demikianlah kiprah awal Berlusconi di Milan bila disingkat dalam satu kalimat.

Setelah melihat Milan finis di posisi kelima dan hanya berhak atas tiket Piala UEFA, Berlusconi mulai aktif ikut campur tangan untuk mengelola Milan.

Naluri Berlusconi sebagai pebisnis sukses ternyata juga bisa digunakannya saat ia bersenang-senang dengan Milan.

Milan sukses meraih scudetto di musim keduanya sebagai presiden klub.

Tak hanya jadi raja Italia, Berlusconi juga menginginkan Milan jadi Raja Eropa. Musim 1988/1989 dan 1989/1990, Milan resmi jadi Raja Eropa dua musim beruntun.

Periode paling brilian Berlusconi di Milan ada pada 10 tahun pertamanya.

Milan tiga kali memenangi Piala Champions dan lima kali juara Serie A. Milan pun resmi jadi klub terbesar di dunia saat itu.

Pada dekade kedua Berlusconi jadi Presiden Milan, Rossonerri tak lagi dominan seperti dekade pertama. Tetapi Milan masih terpandang sebagai klub besar.

Dua trofi Serie A plus satu gelar Liga Champions masih bisa dibawa pulang.

Awal dekade ketiga Berlusconi dimulai dengan baik. Milan juara Liga Champions 2006/2007 dan disusul juara Piala Dunia Antarklub 2007. Tetapi setelah itu, perlahan tapi pasti nama Milan mulai memudar.

Nama-nama pemain Milan yang dulu sangat familiar dan terkenal, bahkan seringkali sejumlah bintang harus berpuas diri jadi pemanis bangku cadangan, perlahan-lahan digantikan pemain-pemain dengan status dan kualitas main yang alakadarnya.

Absennya Milan di kompetisi Liga Champions mulai dianggap biasa dan papan tengah Seria A juga makin akrab dengan mereka.

Berlusconi mulai kehilangan taring seiring usianya yang makin menua. Kondisi finansial Milan tak lagi sehebat sebelumnya lantaran Berlusconi mulai tak berdaya menopang Milan untuk jadi klub raksasa.

Endingnya, Berlusconi memutuskan untuk menjual Rossoneri pada edisi 2017.

Kenyataannya, dia tak berhenti di situ saja untuk berkecimpung di dunia sepak bola.

Setelah melepas kepemilikan AC Milan, dia lantas mengakuisisi AC Monza yang saat itu masih bermain di kompetisi kasta ketiga Italia. 

Dalam waktu hanya empat tahun, Berlusconi sukses mengantar Monza promosi ke Serie A, kasta tertinggi Liga Italia 2022/2023. 

Dalam 110 tahun sejarah Monza, baru pada 2022-2023 ini mereka merasakan gemerlap kompetisi Serie A Liga Italia. 

Monza tak hanya datang sebagai penggembira. Klub tetangga Milan di kawasan Lombardia itu finis di posisi 11.'

Kedatangan Berlusconi mengakusisi AC Monza tak ubahnya uluran tangan dewa untuk mengkatrol sang tim menuju kasta tertinggi kompetisi di Liga Italia.

Selamat jalan Silvio Berlusconi.

(Tribunnews.com/Giri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini