TRIBUNNEWS.COM- Klub Liga Pro Saudi, Al Hilal menawarkan hal yang sangat menggoda untuk Bernardo Silva.
Al Hilal, Klub kaya raya ini disebutkan siap memberi gaji Rp 1,4 triliun (75 juta pound) semusim untuk Bernardo Silva.
Jika Bernardo Silva, gelandang Manchester City tersebut bergabung di bursa transfer musim panas ini.
Bernardo Silva sedang mempertimbangkan langkah selanjutnya, setelah dia menjadi motor dalam kemenangan treble City.
Gelandang asal Portugal ini kabarnya ingin mencari suasana baru di klub yang baru, meski kontraknya di Stadion Etihad baru berakhir Juni 2025 mendatang.
Pemain berusia 28 tahun itu sebelumnya juga sudah ditaksir oleh Paris Saint-Germain, dan Barcelona.
Namun, dia belum membuat keputusan tentang masa depannya. Dan City ingin masalah ini segera diselesaikan.
Silva bergabung dengan skuat Pep Guardiola sejak 2017 dari AS Monaco.
Dia tampil 306 penampilan di semua kompetisi, dengan mempersembahkan 14 gelar di antaranya satu trofi Liga Champions dan lima gelar Liga Inggris.
Arab Saudi memang tengah gencar-gencarnya mendatangkan pemain top dunia untuk bermain di Liga Pro Saudi.
Itu dilakukan sebagai upaya menaikkan pamor sepak bola Arab Saudi dan liganya. Karim Benzema, dan N'Golo Kante telah bergabung dengan Al Ittihad menyusul Ronaldo.
Sementara Al Hilal sukses mendapatkan gelandang Portugal, Ruben Neves, dari Wolverhampton Wanderers.
Al Hilal disebut masih mengincar Silva, dan Kalidou Koulibaly.
Langkah agresif klub-klub Arab Saudi merekrut banyak bintang sepak bola Eropa ini memicu kemarahah berbagai pihak.
Salah satu yang mengecam keras adalah Jamie Carragher. Mantan bek Liverpool ini menyangkan para pemain bintang yang masih dalam masa emas pindah ke Arab Saudi.
"Bernardo Silva [28 tahun] sedang dalam puncak performa dan salah satu pemain terbaik di Eropa dalam lima tahun terakhir," tulis Carragher dikutip dari Daily Mirror.
"Saya tidak khawatir jika Liga Arab Saudi mengambil pemain 30 tahun ke atas.
Sedikit mengkhawatirkan pemain di bawah elite [Ruben Neves], tetapi jika ini terjadi, rasanya seperti pengubah permainan," tulisnya.
"Arab Saudi sudah mengambil alih golf, pertarungan besar tinju, dan sekarang mereka ingin mengambil alih sepak bola. Sports washing ini harus segera dihentikan," tulisnya seraya menyebut Pihak Liga Primer, dan UEFA seharusnya segera mengambil sikap lebih tegas.
Sebelumnya, Presiden UEFA, Aleksander Ceferin menilai Liga Pro Saudi tak belajar dari kesalahan Liga Super China ketika banyak mendatangkan pemain bintang.
"Mereka harusnya berinvestasi di akademi, mereka harus mendatangkan pelatih, dan mereka harus mengembangkan pemain mereka sendiri," ucap Ceferin.
"Sistem membeli pemain yang kariernya hampir berakhir bukanlah sistem untuk mengembangkan sepak bola.
Itu seperti kesalahan serupa di Cina ketika mereka semua membawa pemain yang berada di akhir kariernya," tuturnya.(Tribunnews/den)