TRIBUNNEWS.COM - AC Milan menemui saga transfer bak benang kusut untuk mendatangkan Mehdi Taremi jelang penutupan bursa transfer Liga Italia pada 2 September mendatang.
AC Milan terkendala besaran gaji dalam upaya penandatanganan Mehdi Taremi dari FC Porto.
Hasilnya, tim berjuluk Rossoneri ini mengevaluasi beberapa bomber yang pernah ditawarkan dan mereka tolak. Kondisi AC Milan bak menjilat ludah sendiri dan berencana meninggalkan diskusi kepindahan Mehdi Taremi.
Kisah perburuan Mehdi Taremi oleh AC Milan semakin menjadi sorotan seiring munculnya informasi baru yang mengungkapkan beberapa hambatan dalam negosiasinya.
Baca juga: Skenario Terbaik dan Terburuk Arsenal di Liga Champions, Grup Neraka Bersama Munchen & AC Milan
Hingga kemarin malam, kesepakatan tampaknya hampir selesai, tetapi beberapa masalah tiba-tiba muncul dan mengancam kesepakatan tersebut.
Kabar terbaru via Sempre Milan memberikan pandangan lebih mendalam mengenai apa yang menjadi kendala dalam kesepakatan tersebut.
Salah satu titik utama adalah tawaran gaji untuk Mehdi Taremi.
Sang striker asal Iran dilaporkan tidak berminat menerima tawaran gaji sebesar 1,5 juta Euro (Rp24 miliar) bersih per musim yang diajukan oleh Milan.
Selain itu, permasalahan juga muncul terkait komisi dalam kesepakatan ini.
Taremi memilih untuk mengandalkan agennya yang memiliki hubungan erat dengan FC Porto, sehingga ia mengajukan permintaan komisi yang lebih tinggi dari yang awalnya diharapkan.
Keadaan saat ini menjadi semakin kompleks, dan operasi transfer Taremi menjadi semacam teka-teki yang rumit.
Alih-alih bersikap sabar dalam proses kepindahan bomber barunya ini, AC Milan mulai memandang opsi lain.
Diwartakan PlanetaMilan, Rossoneri kembali membuka berkas beberapa nama bomber yang sempat disodorkan kepada mereka.
Satu di antara yang menarik minat AC Milan ialah menyukseskan kepindahan Luka Jovic.
Secara peluang kesuksesan, AC Milan lebih condong kepada Luka Jovic ketimbang Mehdi Taremi. Hanya yang perlu diingat, Rossoneri pernah menolak untuk merekrut mantan pemain Real Madrid itu.
Luka Jovic memang berada di kondisi yang tak menentu sejak diboyong oleh Fiorentina tahun lalu. Alih-alih bisa menemukan ketajamannya lagi, bomber asal Serbia tersebut justru kerap memulai pertandingan dari bench cadangan.
Tercatat, musim lalu Luka Jovic membukukan 13 gol dari 51 pertandingan. Angka yang terbilang minim bagi pemain bertugas sebagai tukang gedor pertahanan lawan.
Saat itu AC Milan tak ingin mendatangkan Jovic yang disebut memiliki masalah adaptasi dengan kultur sepak bola Italia. Sebagai informasi, Jovic merupakan pesakitan di Real Madrid.
Dia gagal memenuhi ekspektasi sejak berlabuh di Santiago Bernabeu sebelum akhirnya 'terdampar' di Serie A.
Namun kondisinya kini berbeda. Selain AC Milan tengah dikejar tayang penutupan bursa transfer, tim sekota Inter Milan ini memang membutuhkan sosok striker pelapis Olivier Giroud.
Pembelian Luka Jovic bisa dibilang panic buying dan sebuah perjudian karena dilakukan setelah diskusi kepindahan Taremi terkendala.
Akan tetapi pelatih AC Milan Stefano Pioli memiliki kelebihan menjawab masalah tersebut.
Yap, Brahim Diaz, Theo Hernandez, hingga Fikayo Tomori menjadi bukti bagaimana kualitas Pioli membangkitkan kembali performa pemain buangan.
Hal itu bisa terjadi kepada Jovic dengan catatan sang pemain mau bekerja keras dengan skuad muda AC Milan. Bukan tak mungkin Jovic menjadi masa depan AC Milan mengingat usianya yang baru 25 tahun.
Layak dinantikan bagaimana saga transfer AC Milan yang tengah getol mendatangkan bomber baru.
(Tribunnews.com/Giri)