TRIBUNNEWS.COM- Bulan ini, tepat 30 tahun yang lalu, Manchester United tertinggal 2-3 dari Galatasaray dalam duel Liga Champions di di Old Trafford.
Tim Manchester United asuhan Sir Alex Ferguson menemukan cara untuk bangkit kembali malam itu - tim-tim hebat biasanya melakukan hal tersebut.
Dan Eric Cantona menjadi penyelamat dengan mencetak gol penyeimbang untuk Manchester United di menit-menit akhir.
Namun, di Old Trafford kemarin (4/10), tak terjadi lagi keajaiban Manchester United seperti 30 tahun lalu.
Manchester United kini tak punya pemain sehebat Cantona. United saat ini adalah tiruan lemah dari tim legendarsi masa lalu.
Alih-alih yang terjadi, Setan Merah terjungkal di kandang 2-3 oleh Galatasaray dalam pekan kedua Liga Champions Grup A.
Itulah kekalahan keenam mereka dari sepuluh laga di berbagai kompetisi musim ini.
Pasukan Erik ten Hag kini tidak hanya mencatatkan awal terburuk di Liga Primer.
Mereka juga telah memulai Liga Champion dengan dua kekalahan beruntun di Grup A. Ini merupakan hari-hari yang kelam.
Apa yang membuat hal ini semakin menyakitkan adalah bahwa ini terlihat seperti sebuah malam yang baik.
Ramus Hojlund tampil luar biasa. Penyerang United seharga 72 juta Poundsterling ini mencetak dua gol dan satu gol lainnya dianulir karena offside.
Namun setelah mencetak tiga gol, dan kemasukan empat gol di pertandingan pembuka Grup A melawan Bayern Munich dua pekan lalu, United kembali melakukannya.
Rapuhnya lini belakang menjadi sumber bencana
Opta mencatat, MU kini sudah kebobolan 18 gol dalam 10 laga di seluruh ajang musim ini.
Itu merupakan catatan terburuk mereka sejak musim 1966/1967 atau dalam 56 tahun terakhir.
Duel seru di Theatre of Dream ini dibuka dengan gol menawan Hojlund di menit ke-17 hasil assists dari Marcus Rashford.
Lima menit kemudian, Galatasaray menyamakan kedudukan via gol mantan penyerang Setan Merah, Wilfried Zaha.