News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Timnas Indonesia

Menohok, Fakhri Husaini Minta Publik Tak Memuji Berlebihan Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia

Penulis: Hafidh Rizky Pratama
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pelatih kepala Timnas U-19 Indonesia, Fakhri Husaini saat ditemui di Stadion Pakansari, Bogor, Jumat (1/11/2019).

TRIBUNNEWS.COM - Fakhri Husaini meminta publik tidak berlebihan dalam memuji pemain naturalisasi Timnas Indonesia.

Eks pelatih Timnas U19 Indonesia itu mengatakan hal tersebut bisa membuat pemain lokal sakit hati.

Hal itu Fakhri Husaini ungkapkan saaat melakukan kunjungan media center Piala Dunia U17 2023 di Surabaya, Selasa (14/11/2023).

Pada kesempatan tersebut, Direktur Teknik Deltras FC mengungkapkan pemikirannya terhadap Timnas Indonesia di Piala Dunia U17 2023.

Coach Fakhri Husaini memberikan komentarnya terkait kiprah Timnas U17 Indonesia yang gagal lolos ke Piala Asia U17 2023. (Kolase Tribunnews)

Baca juga: Tak Gentar Hadapi Irak, Asnawi Mangkualam Berharap Magis Shin Tae-yong Bawa Timnas Indonesia Menang

Selain itu, Fakhri Husaini juga membahas tentang pro dan kontra soal pemain naturalisasi Timnas Indonesia.

Seperti diketahui, keberadaan pemain naturalisasi memang kini tengan menjamur di Timnas Senior maupun Timnas level usia muda.

Di Senior sendiri ada sosok seperti Marc Klok, Jordi Amat, Sandy Walsh dan lain-lain yang menjadi beberapa pemain naturalisasi untuk skuad Garuda.

Sementara di Timnas Indonesia U17, terdapat dua pemain keturunan yakni Welber Jardim dan Amar Brkic.

Alih-alih bangga dengan keberadaan pemain tersebut, Fakhri Husaini justru memberikan sindiran menohok soal pemain naturalisasi.

Bahkan, terang-terangan Fakhri Husaini meminta masyarakat untuk tidak memuji berlebihan para pemain naturalisasi di Timnas Indonesia.

Menurutnya, hal itu bisa membuat pemain lokal sakit hati.

Skuad Timnas Indonesia berlatih jelang lawan Brunei Darussalam, terlihat Rafael Struick, Sandy Walsh hingga Elkan Baggott (PSSI)

"Banyak netizen yang memuji gaya brmain pemain naturalisasi dan menjelekkan oemain lokal, itu tidak salah," kata Fakhri Husaini yang dikutip daru Bolanas.com.

"Tetapi pesan saya sekarang, jangan memuji pemain naturalisasi berlebihan, karena tanpa disadari itu bisa menyakiti pemain lokal," sambungnya.

Lebih lanjut, Fakhri juga tak ingin jika para pemain naturalisasi merasa seolah keberhasilan Timnas Indonesia itu semata karena mereka.

"Ketika pujian kepada pemain naturalisasi berlebihan, seolah-olah keberhasilan timnas ini karena mereka," ujarnya menambahkan.

Menurutnya, keberhasilan timnas juga tidak lepas dari peran pemain-pemain lokal.

"Jangan lupakan (Rizky) Ridho, Ernando, Nadeo, mereka juga bermain bagus di timnas," ujar Fakhri.

"Tim bagus itu karena 11 pemain bukan hanya segelintir saja," tambahnya.

"Berhentilah memberi pujian (sepihak), harus proporsional. Itu yang mereka (pemain lokal) butuhkan," tutupnya.

Kritik Penampilan Timnas U17 Indonesia

Mantan pelatih Timnas Indonesia U19, Fakhri Husaini memberikan kritik terkait penampilan Timnas Indonesia di Piala Dunia U17 2023.

Meski tampil apik dengan berhasil menahan imbang dua lawannya yakni Panama dan Ekuador, tampaknya jerih payah Timnas Indonesia U17 masih juga menuai kritikan.

Menurut Fakhri Husaini performa skuad Garuda Muda tak sepenuhnya sempurna.

Fakhri Husaini mengatakan bahwa masih banyak hal yang perlu diperbaiki kedepannya sambil menyinggung kompetisi muda.

Hal itu dikarenakan permainan antara Timnas Indonesia U17 sangat berbeda dengan tim yang memiliki kompetisi muda yang sudah tertata.

"Ketika pertadingan itu berlangsung kelihatan mana timnas yang dibentuk dengan pemain-pemainnya berasal dari kompetisi berkualitas," ucap Fakhri Husaini, dikutip dari SuperBall.

Pesepak bola Timnas Indonesia berebut bola dengan pesepak bola Panama pada penyisihan grup A Piala Dunia U-17 di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Senin (13/11/2023). Indonesia bermain imbang melawan Panama dengan skor 1-1. TRIBUNNEWS/doc.LOC WCU17/FAL (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Lebih lanjut, Fakhri Husaini memberikan contoh saat Jepang bertemu dengan Spanyol.

"Kita bisa lihat pemain-pemain dari Jepang, ketika ditekan pemain Spanyol mereka masih bisa tenang dan percaya diri keluar dari kesulitan," ucap Fakhri Husaini.

"Dengan semua keterampilan sepak bolanya, skill yang dimiliki dan pemahaman taktiknya mereka sudah paham," tambahnya.

"Sementara pemain kita terlalu mudah kehilangan bola, itu tidak semata-mata hilang karena salah passing," kata dia.

Bahkan Fakhri Husaini lebih detail menjelaskan bahwa Timnas Indonesia U17 masih belum mampu mencari posisi yang ideal ketika sedang memegang bola.

"Tetapi kadang-kadang banyak sekali momen ketika teman punya bola, pemain lain tidak berada dalam posisi yang ideal," ucap mantan pelatin Timnas Indoneisa U16 itu.

"Akhirnya kick the ball away, ini tentu kalau kompetisi kita bagus berkualitas kesalahan mendasar ini tidak akan terulang," imbuhnya.

Fakhri Husaini juga turut menyoroti lini belakang Timnas Indonesia U17 yang kerap sekali melakukan kesalahan.

Meski begitu, Fakhri Husaini memaklumi karena para pemain yang berlaga masih berusia 17 tahun.

Meski demikian, Fakhri Husaini juga menjelaskan bahwa tim yang mempunyai kompetisi muda yang sehat mampu lebih berbicara di ajang Piala Dunia U17 2023.

Pesepak bola Timnas Indonesia foto bersama sebelum meluai pertandingan melawan Panama pada penyisihan grup A Piala Dunia U-17 di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Senin (13/11/2023). Indonesia bermain imbang melawan Panama dengan skor 1-1. TRIBUNNEWS/doc.LOC WCU17/FAL (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

"Kemudian Kesalahan taktik ketika posisi bertahan, jumlah kita dengan lawan itu sama," ujar Fakhri Husaini.

"Jumlah lawan lebih banyak dengan pemain kita atau sebaliknya, ini keputusan yang harus cepat dilakukan pemain.

"Saya menonton beberapa tim, ada yang masih sepak bola anak-anak, tapi ada tim yang sepak bolanya di atas umurnya mereka," kata dia.

"Ekuador misalnya main bolanya rapi sekali, mereka bisa build-up bisa switch play lapangan gbt itu mereka kuasai semua" tambahnya.

"Kemudian Spanyol, atau Jepang ini anak umur 17 tahun tapi main bolanya sudah melebihi batas usianya."

"Ini semuanya tentu berasal dari kualitas kompetisi usia muda di negaranya." imbuhnya.

(Tribunnews.com/Hafidh Rizky Pratama/Ali) (Bolanas.com/Nungki Nugroho)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini