TRIBUNNEWS.COM - Sepakbola Italia sedang ramai membahas pencabutan Growth Decree atau dekrit pertumbuhan.
Sejumlah tim papan atas mengeluh dengan keputusan yang dibuat oleh pemerintah tersebut.
Imbas dari pencabutan Growth Decree berdampak besar terhadap merosotnya pamor kompetisi Serie A Liga Italia.
Growth Decree sendiri diketahui merupakan kebijakan memberi keringanan pajak atas perekrutan pemain asing oleh tim Italia.
Terbaru, pemerintah Italia mencabut kebijakan tersebut.
Sedangkan upaya federasi (FIGC) untuk memperpanjang pemberlakuan kebijakan tersebut sampai Februari 2024 mendatang ditolak mentah-mentah.
Baca juga: Prediksi Skor Juventus vs AS Roma: Tim Tamu Lagi On Fire, Tren Positif Bianconeri Diambang Putus
Banyak yang kecewa dengan keputusan tersebut, salah satunya Inter Milan.
Direktur Beppe Marotta menyatakan, pencabutan Growth Decree dianggap sebagai 'bunuh diri' karena membuat level kompetisi di Italia mentok.
"Bagi saya ini bunuh diri atas sepakbola dan ekonomi Italia. Kita tahu sekarang sepakbola di negeri ini kembali bangkit, musim lalu ada tiga wakil di final kompetisi Eropa," kata Marotta, dikutip Football Italia.
Dengan pencabutan Growth Decree, dipastikan klub-klub Italia akan kesulitan memboyong pemain asing berkualitas.
Sebab mereka akan dipungut pajak lebih besar, sampai 50 persen dari sebelumnya, dalam proses transfer maupun perpanjangan kontrak.
Berbeda dengan Inter, klub Italia lain, Juventus cenderung santai menanggapi kebijakan tersebut.
Pelatih Massimiliano Allegri mengaku tak terlalu terpengaruh dengan pencabutan Growth Decree.
"Juventus kini lebih mengutamakan pemain muda dari akademi. Mungkin tim-tim lain lebih merasa sedikit lebih khawatir dengan kebijakan tersebut," ujarnya.
Pengertian Growth Decree
Growth Decree atau dekrit pertumbuhan, kini menjadi pembahasan menarik di Serie A. Banyak yang syok dan tak terima ketika kebijakan tersebut dicabut.
Diketahui Growth Decree merupakan kebijakan memberi keringanan pajak atas perekrutan pemain asing oleh tim Italia.
Bagi sejumlah klub ini merupakan penghalang. Mereka bakalan kesulitan mendapatkan pemain incaran, khususnya non Italia.
Tapi dari sudut pandang lain, ini akan berpotensi untuk dapat membantu menumbuhkan potensi lokal.
Para pemain muda akan lebih banyak mendapat tempat di tim besar atau juga tampil reguler.
Lepas dari itu, yang jelas di masa lalu banyak klub mendapatkan kelapangan atas kebijakan tersebut.
Sebut saja Juventus yang pada 2018 memboyong Cristiano Ronaldo.
Mereka dipercaya tidak akan mampu membayar sang mega bintang kala itu jika tidak menerima insentif dari kebijakan yang ada tersebut. Begitu juga dengan Paul Pogba dan Angel Di Maria yang punya gaji besar.
Di klub lain ada Romelu Lukaku yang memanfaatkan kebijakan ini bersama Inter Milan serta AS Roma. Demikian pula Zlatan Ibrahimovic yand digaet AC Milan, dan banyak lagi pemain atau pelatih bintang.
(Tribunnews.com/Giri)