TRIBUNNEWS.COM - AC Milan menjadi tim Liga Italia paling boros di bursa transfer pemain musim panas lalu. Faktanya AC Milan disebut belum berada di kategori elite, melainkan selevel tim medioker.
Klub Liga Italia AC Milan menggelontorkan dana fantastis triliunan Rupiah untuk memperkuad amunisi tim besutan Stefano Pioli di musim 2023/2024.
Sayangnya hingga awal tahun 2024, performa AC Milan jauh dari kata memuaskan. Bahkan tim sekota Inter Milan ini gagal melaju ke babak 16 Besar Liga Champions.
Padahal skenario awal AC Milan mendatangkan deretan pemain bintang seperti Noah Okafor, Christian Pulisic hingga Ruben Loftus Cheek, ialah dapat bersaing di kompetisi Liga Champions. Selain perburuan gelar juara Scudetto tentunya.
Total pada pasa transfer pemain Juli kemarin, AC Milan menghabiskan dana mencapai Rp1,8 triliun.
Namun konsistensi permainan AC Milan belum bisa dikatakan stabil. Sebaliknya, Rossoneri memperlihatkan grafik penurunan performa.
Klub bermarkas di San Siro ini kesulitan melawan Juventus dan Inter Milan yang bersaing sengit untuk merajai Liga Italia musim ini.
Rossoneri, kini berada di urutan tiga klasemen Liga Italia bermodal 46 poin, tertinggal 8 angka dari Inter Milan sebagai pemuncak tabel clasifica Serie A.
Pun di kompetisi domestik seperti Coppa Italia, AC Milan gagal di tengah jalan usai langkahnya dijegal Atalanta pada fase perempat final.
Aktivitas transfer di musim panas 2023 memang sempat memunculkan asa jika AC Milan bisa bersaing di Liga Champions dan Liga Italia.
Dari amunisi baru yang sukses didatangkan Milan, bisa dikatakan hanya beberapa saja yang tampak menonjol dan berhasil menunjukkan adaptasi dengan skema Stefano Pioli.
Baca juga: Muka Dua AC Milan yang Bermasalah di Liga Italia: Pertahanan Rossoneri Buruk dan Busuk
Di antaranya ialah Christian Pulisic, Tijjani Reijnders, dan Ruben Loftus-Cheek.
Meski begitu, keberadaan mereka belumlah cukup untuk mengangkat derajat AC Milan ke panggung yang lebih tinggi.
Bandingkan saja dengan komposisi skuad AC Milan di era-90an dan 2000-an.
Pemain-pemain bertabur bintang di masa-masa kejayaan AC Milan saat itu sebut saja trio Belanda yakni Marco van Basten, Ruud Gullit, dan Frank Rijkaard,
Kemudian ada George Weah, Andrea Pirlo, Ricardo Kaka, Andriy Shevchenko, hingga Zlatan Ibrahimovic.
Lewat kekuatan tersebut, AC Milan dulunya dipandang sebagai salah satu kekuatan besar dan disegani di Eropa. Terlebih mereka juga mengoleksi 7 gelar Liga Champions.
Hal itu sangat berbeda dengan kondisi AC Milan saat ini.
Dengan rata-rata usia skuad menyentuh 26 tahun dan tidak banyak yang berpengalaman, juara 19 kali Liga Italia dianggap tak ubahnya seperti tim papan tengah.
Ariedo Braida, yang bekerja bersama Silvio Berlusconi sejak 1986 hingga 2013, menilai ada pemain yang tidak memenuhi standar.
"Jika seseorang bekerja untuk AC Milan, Anda harus tahu sejarah dan level klub itu," ujar Braida, dikutip dari laman Football Italia.
"Saat ini di Milan, ada pemain yang tidak sesuai dengan standar klub. Ada pasang-surut performa. Ini bukan tim yang hebat, dan saya akui itu dengan sangat jujur."
"Ini adalah tim papan tengah, yang bahkan tidak lolos dari fase grup Liga Champions. Saat ini, tim ini tidak berada di level yang tinggi."
"Saya sangat mencintai Rossoneri dan akan senang melihat mereka tampil kompetitif, berkeliling Eropa dan menantang scudetto."
"Namun, ini hanyalah sebuah tim yang bagus yang kehilangan sesuatu."
"Ada masalah kritis yang harus diatasi di lini tengah, di lini serang, kurang lebih di mana-mana," tutur pria berusia 77 tahun tersebut menambahkan.
Meski skuad AC Milan dicap buruk oleh Braida, Pioli berhasil membawa tim meraih Scudetto pada edisi 2021/2022.
(Tribunnews.com/Giri)