TRIBUNNEWS.COM - Ruud van Nistelrooy mengungkapkan kekecewaan dan rasa sakitnya setelah harus mengakhiri hubungannya dengan Manchester United.
Mantan striker ikonik Man United ini bergabung kembali ke Old Trafford sebagai asisten Erik ten Hag pada musim panas 2024.
Nistelrooy kemudian mengambil peran sementara sebagai pelatih kepala setelah pemecatan Ten Hag pada bulan Oktober.
Ia sempat memimpin empat laga Man United dengan hasil tanpa kekalahan, di mana tiga laga berhasil dimenangkan dan satu lainnya berakhir imbang.
Dia meninggalkan klub setelah penunjukan Ruben Amorim tetapi hanya menganggur selama dua minggu setelah ditunjuk sebagai manajer baru Leicester City dengan kontrak hingga 2027.
Pria berusia 48 tahun itu memiliki karier bermain yang gemilang bersama United. Ia pun kecewa karena kembalinya dia harus berakhir begitu cepat.
"Saat saya mengambil alih pekerjaan sementara, apa yang saya katakan adalah saya di sini untuk membantu United dan tetap membantu United, dan saya bersungguh-sungguh," katanya.
"Jadi saya kecewa, ya, sangat kecewa, dan rasanya menyakitkan saya harus pergi," ungkapnya, dikutip dari BBC Sports.
Baca juga: Warisan Nistelrooy di Man United Terasa untuk Amorim, Bikin Amad Diallo Makin Bersinar
Van Nistelrooy mengaku bahwa hubungannya dengan United sangat berarti, baik dengan klub maupun para penggemar.
Ia merasa terpukul harus meninggalkan klub, tetapi akhirnya cukup memahami keputusan manajemen untuk memulai era baru bersama Amorim.
"Satu-satunya pekerjaan yang saya ambil sebagai asisten adalah di United karena ikatan yang saya miliki dengan orang-orang di klub dan para penggemar."
"Tetapi pada akhirnya saya memikirkannya karena saya juga memahami manajer baru. Saya sudah cukup lama berkecimpung di sepak bola, dan saya telah mengatur diri saya sendiri, sehingga Anda dapat memikirkan situasinya, saya berada di sana, saya mengerti," tuturnya.
Van Nistelrooy sempat berbicara langsung dengan Amorim. Ia mengaku pembicaraan itu berlangsung penuh hormat, yang membantunya menerima keputusan tersebut.
"Saya berbicara dengan Ruben tentang hal ini, dan itu pembicaraan yang adil, pria dengan pria, pribadi ke pribadi, pelatih ke pelatih, dan itu sangat membantu saya untuk melangkah maju," terangnya.
Hanya dua minggu setelah meninggalkan United, Van Nistelrooy menerima tawaran untuk menjadi manajer Leicester City hingga 2027.
Pelatih asal Belanda itu menjalani pekerjaan sulit di Stadion King Power karena ia ditugaskan menjaga Leicester bertahan di Liga Premier.
Baca juga: Kata-kata Ruud Van Nistelrooy setelah Resmi Jadi Pelatih Leicester, Ungkap Antusiasme dan Misi Besar
Dalam persiapannya, ia melakukan evaluasi terhadap karakter para pemain dan merasa puas mengetahui bahwa skuad Leicester memiliki individu-individu yang baik dan berdedikasi.
"Ini adalah rasa saling menghormati. Saya juga mengatakan kepada para pemain kemarin bahwa saya melihat skuad dan mulai melakukan panggilan telepon tentang pemain, karena dalam sepak bola semua orang mengenal semua orang," ujarnya.
"Hanya dengan dua atau tiga panggilan telepon, Anda dapat mendengar cerita tentang 20 pemain, dan bagi saya penting untuk mendengar bahwa mereka memiliki karakter yang baik. Itu penting, bahwa mereka adalah orang-orang baik," kata dia.
Menurutnya, hubungan berbasis rasa saling menghormati adalah kunci kesuksesan dalam membangun tim.
Van Nistelrooy kini fokus pada tantangan besar yang menanti di Leicester, berusaha membawa stabilitas ke tim yang telah menghadapi perubahan manajerial berkali-kali dalam beberapa tahun terakhir.
(Tribunnews.com/Tio)