Berkaca dari kondisi tersebut, Sandy Walsh benar-benar berada dalam kondisi yang kurang menguntungkan.
Minimnya menit bermain yang ia rasakan seakan menjadi salah satu faktor turunnya nilai pasar Sandy Walsh.
Sama dengan Sandy Walsh, penurunan signifikan juga harus dirasakan Pratama Arhan yang memperkuat Suwon FC.
Nyatanya, kepindahan Pratama Arhan dari Liga Jepang untuk berkarier di Liga Korea Selatan bersama Suwon FC belum sepenuhnya sesuai harapan.
Pratama Arhan tetap saja belum mendapatkan kepercayaan penuh untuk masuk skuad utama tim tersebut.
Pada musim ini saja, Pratama Arhan hanya berkesempatan main dalam dua laga saja dengan catatan empat menit.
Ya, catatan empat menit bermain menjadi bukti bahwa Pratama Arhan belum sepenuhnya mampu bersaing.
Jangankan mendapat kesempatan berada di bangku cadangan seperti Sandy Walsh, Pratama Arhan sangat jarak masuk dalam skuad Suwon FC dalam setiap laganya.
Hal itulah yang akhirnya membuat nilai pasar Pratama Arhan anjlok dari angka Rp. 4,35 Milliar jadi Rp. 2,61 Milliar.
Berbeda dengan Ragnar Oratmangoen yang justru memiliki nasib lebih baik ketimbang dua rekan setimnya di Timnas Indonesia tersebut.
Ragnar Oratmangoen yang kini berkarier bersama FCV Dender di Liga Belgia memang mendapat menit bermain lebih baik.
Meskipun baru menjalani musim perdana, Ragnar terus menunjukkan kerja kerasnya untuk mendapat kepercayaan dari tim pelatih.
Ragnar sejauh ini tercatat sudah bermain sebanyak tujuh kali dan mencetak satu gol bersama klub barunya tersebut.
Selain mendapat menit bermain di level klub, Ragnar Oratmangoen juga terus menunjukkan konsistensinya ketika bermain bersama Timnas Indonesia.
Hal itulah yang diyakini membuat nilai pasaran Ragnar Oratmangoen menanjak dari Rp. 7,82 Milliar menjadi Rp. 10,43 Milliar.
(Tribunnews.com/Dwi Setiawan)