TRIBUNNEWS.COM - Kabar Patrick Kluivert menjadi pelatih Timnas Indonesa kian kuat, sejumlah media Belanda turut membenarkan hal itu.
Patrick Kluivert digadang akan menggantikan posisi Shin Tae-yong di Timnas Indonesia nantinya. Ia akan dikontrak dua tahun dengan opsi perpanjangan dua tahun lagi.
Patrick Kluivert memang dikenal sebagai pemain yang memiliki talenta luar biasa. Sejumlah klub top Eropa mulai dari Ajax Amsterdam, AC Milan, hingga Barcelona pernah dibelanya.
Ia menjadi pemain termuda yang mencetak gol di final Liga Champions kala mengantarkan kemenangan Ajax atas AC Milan 1995.
Mantan striker yang kini berusia 48 tahun itu juga menjadi salah satu top skor sepanjang masa untuk Timnas Belanda berkat 40 gol dari 79 capsnya.
Namun sayangnya, catatan manisnya sebagai pemain itu tak berlanjut ketika ia terjun di dunia kepelatihan.
Sejak memulai karier manajerial pada 2008 setelah pensiun, ia belum pernah meraih trofi dalam kapasitasnya di dunia kepelatihan.
Capaian terbaiknya ialah mengantarkan Belanda finis di posisi tiga besar Piala Dunia 2014 di mana kala itu ia menjadi assisten Louis van Gaal.
Baca juga: Profil Patrick Kluivert, Legenda Barcelona dan Timnas Belanda yang Diisukan Jadi Pengganti STY
Sebelum dikaitkan dengan pekerjaan melatih Timnas Indonesia, jabatan terakhir Kluivert adalah melatih klub Turki Adana Demirspor.
Pekerjaannya cukup singkat hanya enam bulan dari 1 Juli 2023 hingga 4 Desember 2023 seperti tercatat di laman Transfermarkt.
Selama melatih Adana Demirspor, rupanya ada kisah pahit yang menimpa Patrick Kluivert di mana gajinya tak dibayarkan.
Alasan Patrick Kluivert meninggalkan Adana Demirspor disebut karena pihak manajemen merasa ia kehilangan kendali atas tim.
Namun, mantan striker Ajax dan FC Barcelona itu mengungkapkan bahwa ia dan stafnya sudah berbulan-bulan tidak menerima gaji, seperti yang ia ceritakan kepada media Belanda, Voetbalprimeur pada Mei 2024 lalu.
Kluivert menemani 20 laga Adana Demirspor dan mencatatkan delapan kemenangan, enam kali hasil imbang dan enam kali kalah.
Dari 20 pertandingan itu, enam laga diantaranya adalah laga di Kualifikasi Liga Konferensi Eropa, dengan hasilnya adalah dua kemenangan, satu kali imbang dan tiga kali kalah.
Sementara 14 diantaranya merupakan laga di Liga Turki di mana hasilnya cukup baik dengan enam kemenangan, lima kali imbang dan tiga kali kalah dengan total mengumpulkan 23 poin (1,64 per pertandingan).
Baca juga: Ruud Gullit Ucapkan Selamat kepada Patrick Kluivert, Louis Van Gaal Tak akan Bekerja untuk Indonesia
Kluivert saat itu membawa Adana Demirspor berada di posisi keempat Süper Lig Turki. Namun, kebersamaannya dengan klub Turki itu berakhir lebih cepat.
"Kami sebenarnya mengakhiri kontrak secara bersama-sama. Kami memainkan pertandingan terakhir melawan Sivasspor, dan sebelumnya kami bermain sangat baik."
"Untuk pertama kalinya, mereka lolos ke Eropa (UEFA Conference League). Sayangnya, kami kalah adu penalti melawan Genk, tapi setelah itu performa tim tetap konsisten," jelas Kluivert.
Meski begitu, ada insiden yang mulai mengganggu tim mulai.
"Presiden klub bahkan sampai turun ke lapangan, hampir saja dia memakai sepatu bola. Dia mulai mengambil selfie selama pemanasan dan melakukan siaran langsung di Instagram di lapangan."
"Itu mulai mengganggu saya dan staf, tapi kami berpikir, mungkin ini hal biasa di Turki, jadi kami biarkan saja," ujarnya.
Namun, situasi semakin sulit ketika masalah finansial mulai muncul.
"Satu bulan tidak digaji, dua bulan tidak digaji, tiga bulan tidak digaji. Hasil pertandingan tetap bagus, tapi kami tidak dibayar."
"Pada akhirnya, para pemain juga mulai mengeluh. Situasi ini menjadi dominan karena mereka juga tidak menerima gaji. Saya masih bisa bertahan tanpa gaji, tapi bagi pemain, ini menjadi beban besar," ungkap Kluivert.
Keadaan memburuk setelah kekalahan melawan Sivasspor, kekalahan ketiga klub dari 14 laga di Liga Turki musim itu.
"Setelah itu, direktur teknis datang kepada kami dan mengatakan mereka tidak ingin melanjutkan kerja sama. Saya juga tidak mau melanjutkan, jadi kami sepakat untuk berpisah."
"Mereka merasa saya kehilangan kendali atas pemain, tapi sebenarnya tidak begitu. Kami berada di peringkat empat," tambahnya.
Kisah ini menggambarkan tantangan unik yang dihadapi Kluivert selama karir kepelatihannya, termasuk harus berurusan dengan manajemen klub yang bermasalah.
Kini, jika benar Patrick Kluiver menjadi pelatih Timnas Indonesia, ia diharapkan mampu membawa perubahan besar bagi Garuda.
Mampukah Patrick Kluivert membawa Timnas Indonesia menuju kejayaan? Semua mata kini tertuju pada kiprah sang legenda Belanda ini di Asia Tenggara.
(Tribunnews.com/Tio)