TRIBUNNEWS.COM - Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) dikabarkan tengah menggodok cara untuk menyiasati padatnya jadwal kompetisi di Benua Biru pada tahun-tahun mendatang.
Seperti diketahui, padatnya jadwal kompetisi Eropa membuat banyak pihak terus menyuarakan kekhawatirannya.
Tak sedikit pemain ataupun pelatih bahkan para penggemar yang merasa jadwal kompetisi sepak bola Eropa terasa kian padat dan gila setiap tahunnya.
Banyaknya laga yang dimainkan dikhawatirkan bakal membuat para pemain rentan mengalami cedera parah.
Dan hal itulah yang tampaknya sudah terlihat pada musim ini di mana banyak pemain mengalami cedera serius akibat padatnya jadwal kompetisi.
Maka dari itu, berbagai cara dan skenario tengah dipersiapkan UEFA untuk bisa mengurangi beban bermain pemain.
Salah satu cara yang direncanakan UEFA ialah menyasar pada aturan tambahan waktu di fase gugur Liga Champions.
Baca juga: 4 Potensi Derbi di 16 Besar Liga Champions 2024/2025: Inter Milan di Antara Juventus & AC Milan
Selama ini, aturan Liga Champions khususnya pada babak gugur, ketika skor sama-sama kuat pada leg kedua.
Maka, laga akan dilanjutkan ke masa tambahan waktu alias extra time dengan durasi 15 menit dalam dua babak.
Jika kedudukan kedua tim masih sama-sama kuat, maka penentuan pemenang baru ditentukan lewat adu penalti.
Nah, aturan baru yang tengah digodog UEFA tak lain adalah menghapuskan babak tambahan waktu tersebut, dan bagi laga yang berkedudukan imbang langsung dilanjut penalti.
Dengan dihapuskannya aturan tersebut, UEFA berharap beban para pemain yang bersaing di level elit berkurang.
Dilansir The Guardian, diskusi UEFA yang ingin menghapuskan aturan tambahan waktu di fase gugur Liga Champions, bukanlah main-main.
Hal ini disebabkan UEFA telah mencermati berbagai isu yang selama ini cukup menimbulkan pertikaian terutama efek domino dari padatnya jadwal kompetisi Eropa.
Dengan dukungan beberapa pihak yang punya argumen kuat bahwa penghapusan aturan extra time pada fase gugur Liga Champions bakal meringankan beban pemain di tengah jadwal padat.
Maka UEFA punya keinginan yang sama untuk mengakomodir berbagai saran dan masukan yang masuk guna menciptakan ekosistem sepak bola yang ideal.
Hanya saja, jika kebijakan tersebut nantinya bisa diketok palu, aturan tersebut tidak bisa langsung berlaku musim depan.
Hal ini karena menyangkut perjanjian kontrak hak siar televisi yang menayangkan Liga Champions yang diketahui berlaku sampai tahun 2027 mendatang.
Artinya aturan penghapusan babak tambahan waktu baru bisa berlaku setelah tahun tersebut, jika sudah diketok palu secara resmi oleh para pemangku kepentingan di UEFA.
Jika melihat urgensi, penghapusan babak tambahan waktu sebenarnya bakal mengurangi drama Liga Champions.
Karena, babak tambahan waktu selama ini seringkali menghadirkan berbagai drama kejutan yang menambah keseruan dan kegilaan Liga Champions.
Para pecinta sepak bola tentu masih ingat ketika Real Madrid berhasil menang comeback atas Manchester City di semifinal Liga Champions musim 2021/2022.
Real Madrid yang saat itu sempat berada di posisi terjepit lantaran hampir tersingkir di tangan Manchester City.
Namun secara mengejutkan mampu mencetak dua gol penyama kedudukan pada akhir babak kedua, yang membuat agregat skor kembali imbang.
Hingga pada akhirnya, Real Madrid yang awalnya hanya memiliki presentase 1 persen lolos ke final, mampu membalikkan segala prediksi yang ada.
Tepat di babak extra time alias tambahan waktu, Real Madrid yang berbalik mendapatkan momentum sukses mencetak gol lagi yang akhirnya menyudahi perjuangan Manchester City.
Real Madrid akhirnya lolos dramatis ke partai final dan kembali menjadi juara Liga Champions setelah mengalahkan Liverpool di partai final.
Berkaca dari hal itu, penghapusan babak tambahan waktu di fase gugur Liga Champions diyakini akan tetap menimbulkan pro kontra nantinya.
(Tribunnews.com/Dwi Setiawan)