TRIBUNNEWS.COM – Kuartal terakhir tahun 2014 dipenuhi dengan peluncuran gadget untuk segmen menengah dan bawah dengan rentang harga Rp 1 juta-Rp 3 juta. Yang sekarang menjadi buah bibir adalah gadget yang mendekati produk premium, tetapi dengan harga yang bisa bersaing dengan produk pemula. Kualitas bagus dengan harga terjangkau.
Produk seperti itulah yang digarap produsen lokal yang digandeng Google dalam memproduksi Android One. Inisiatif telepon seluler (ponsel) terjangkau dengan kualitas mendekati produk premium itu diperkenalkan oleh Wakil Presiden Senior Google Sundar Pichai, dalam acara Google I/O, pertengahan tahun lalu.
Adalah Mito dan Evercoss, dua merek ponsel lokal, yang mengakui sudah dipilih Google sebagai mitra dari Indonesia.
Di India, Google menggandeng Karbonn, Spice, dan Micromax untuk memproduksi ponsel dengan harga Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta dengan spesifikasi seperti prosesor empat inti dan dua lubang kartu SIM.
Keunggulan Android One selain harga yang terjangkau, adalah prioritas untuk pembaruan perangkat lunak untuk sistem operasi Android Lollipop.
”Produksi sudah berlangsung, semua dan akan diumumkan secara resmi oleh Google pada kuartal pertama tahun 2015,” kata Djanto Djojo, Chief Marketing Officer Evercoss, yang ditemui awal Desember.
Salah satu tujuan perusahaannya bergabung dengan program ini tentu mendongkrak penjualan ponsel Evercoss dan juga mendongkrak jumlah migrasi pengguna ponsel pintar.
Langkah serupa ditempuh Microsoft yang menggandeng produsen lokal Advan untuk meluncurkan tablet elektronik dengan sistem operasi Windows 8.1 dengan harga Rp 2 juta. Microsoft sengaja mengincar segmen menengah dan bawah dengan menghadirkan sabak elektronik berukuran 8 inci dan 9,8 inci.
”Selama ini, produk tablet elektronik dengan sistem operasi terkesan mahal. Hari ini, kami membawa produk tersebut ke sebanyak mungkin pengguna,” ujar Presiden Direktur Microsoft Indonesia Andreas Diantoro, di sela penandatanganan nota kesepahaman Microsoft dan Advan, Rabu (3/12/2014).
Business Group Head Microsoft Indonesia, Lucky Gani, menjelaskan, mereka ingin menghadirkan produk Microsoft bagi konsumen yang sudah terbiasa dengan ekosistem Windows, seperti komputer di kantor atau di rumah, dan mengincar pengguna baru.
Mengincar migran
Ada semangat yang sama dari berbagai langkah yang dilakukan secara terpisah ini: Mereka semua mengincar pasar baru, yakni para pengguna ponsel dengan fitur dasar untuk segera bermigrasi ke ponsel pintar.
Di luar gegap gempita ekonomi yang tercipta dari ponsel di Indonesia, penggunanya ternyata bukan mewakili mayoritas. Berbagai studi menyebut bahwa komposisi pengguna ponsel pintar tidak kurang dari 40 persen, sementara selebihnya masih setia dengan ponsel yang hanya bisa dipakai untuk menelepon atau mengirim layanan pesan singkat (SMS).
Gambaran yang sama bisa dijumpai dari salah satu operator telekomunikasi, yakni Telkomsel. Dari 139 juta pelanggan, 65 persen darinya adalah pengguna ponsel fitur dasar.
Mereka tidak ingin ketinggalan dengan merangkul 17 pemegang merek yang mewakili 95 persen ponsel yang diedarkan di Indonesia untuk menawarkan paket data khusus yang berlaku tiga bulan sejak diaktifkan.
Tujuannya adalah mengajak pengguna untuk tertarik menggunakan ponsel pintar dan akhirnya belanja data setelah sebelumnya hanya untuk panggilan telepon dan hanya memakai layanan pesan singkat.
Toko online, seperti Lazada, juga memanfaatkan fenomena ini dengan menjadi kanal penjualan ponsel Xiaomi dan sukses menjual 85.000 unit ponsel dalam waktu dua bulan.
Kerja sama tersebut dilanjutkan dan diperluas dengan tipe ataupun merek lainnya. ”Komposisi pengguna ponsel pintar dan ponsel fitur sederhana di Indonesia terbalik dengan di Tiongkok. Namun, kita sedang beranjak ke sana, menuju revolusi ponsel,” kata Magnus Ekbom, CEO Lazada Indonesia, yang dijumpai pada hari Jumat (5/12/2014).
Dia menerangkan, kemajuan teknologi pula yang membuat konsumen bisa menikmati ponsel dengan teknologi setahun yang lalu dengan harga seperempatnya.
Inilah yang membuat pasar ponsel premium dengan harga terjangkau akan melejit di tahun mendatang dan akan lebih sulit lagi menemui ponsel murah dengan kualitas buruk.