TRIBUNNEWS.COM – Apple terpaksa menghentikan semua aktivitas penjualan online-nya di Rusia karena situasi perekonomian di negara tersebut tidak mendukung. Nilai tukar mata uang Rusia, Ruble mengalami fluktuasi yang dramatis.
Dalam satu bulan terakhir, karena fluktuasi nilai tukar mata uang Ruble terhadap dollar AS, Apple harus meningkatkan banderol harga iPhone 6 di negara tersebut hingga 25 persen.
"Toko online kami di Rusia saat ini berhenti beroperasi sementara kami meninjau kembali banderol harga jual (perangkat Apple)," ujar Alan Hely, juru bicara Apple seperti dilansir Bloomberg, Rabu (17/12/2014) dan dikutip KompasTekno.
Menurut Bloomberg, nilai tukar 1 dollar AS bisa mencapai 80 ruble, kondisi tersebut dipicu oleh penurunan harga minyak dunia hingga 49 persen dan sanksi ekonomi yang diberikan oleh AS dan Uni Eropa kepada Rusia.
Fluktuasi Ruble pada November lalu telah membuat Rusia menjadi negara termurah di Eropa untuk membeli iPhone. Di negara itu, harga iPhone 6 hanya sekitar 700 dollar AS. Banyak turis yang berdatangan ke kota Moskow untuk membeli perangkat iPhone.
Harga tersebut terus turun sebelum akhirnya Apple menghentikan penjualan. Karena penurunan harga tersebut, iPhone 6 versi 16 GB dijual seharga 558 dollar AS (sekitar Rp 7 juta) saja. Sementara, iPhone 6 Plus 16 GB dijual 681 dollar AS (sekitar Rp 8,6 juta).
Dibandingkan dengan negara-negara Eropa lain, harga kedua perangkat Apple tersebut masing-masing adalah 876 dollar AS dan 999 dollar AS.
Rusia sendiri hanya memberi pemasukan yang kecil bagi Apple dari iPhone 6 dan 6 Plus. Menurut data IDC, penjualan di negara tersebut meningkat dua kali lipat menjadi 1,57 juta unit dan menyumbang pendapatan bersih untuk Apple sebesar 1 miliar dollar AS. Apple sendiri telah mengapalkan 53,4 juta unit iPhone di tahun 2013 lalu.a