TRIBUNNEWS.COM – Perusahaan penyedia layanan instant messenger, Line meluncurkan sebuah aplikasi pemesanan taksi khusus untuk penggunanya.
Aplikasi tersebut menyatu dalam Line sehingga tidak dapat diunduh secara terpisah. Namun untuk sementara ini hanya pengguna di Jepang saja yang bisa menikmatinya.
Aplikasi pemesanan taksi itu bernama Line Taxi. Taksi yang dipesan melalui aplikasi itu dapat mengetahui lokasi Anda melalui GPS. Demikian dikutip dari Tech in Asia, Jumat (9/1/2015).
Penggunanya pun tidak perlu mengeluarkan uang tunai untuk membayar ongkos perjalanan. Line mengintegrasikannya dengan layanan Line Pay.
Line Pay adalah metode pembayaran via mobile via kartu kredit yang terdaftar di layanan tersebut, sehingga ongkos taksi akan otomatis dibayar melalui kartu kredit yang terdaftar.
Line Taxi untuk sementara ini baru bisa diakses di Jepang, tepatnya di Tokyo serta kota Mitaka dan Musashino. Hanya taksi Nihon Kotsu saja yang bisa dilengkapi alat untuk menerima pesanan via aplikasi tersebut. Armada yang disiapkan hanya 3.340 unit dari sekitar 23 ribu unit taksi milik Nihon Kotsu.
Sayangnya belum diketahui apakah layanan tersebut akan dibawa ke Indonesia atau negara lainnya.
Pesaing Uber
Kemunculan Line Taxi menambah pilihan layanan pemesanan taksi di Jepang. Selama ini hanya ada Uber yang beroperasi di wilayah Tokyo serta Hailo yang beroperasi di Osaka. Line Taxi akan jadi pesaing berat bagi Uber mengingat mereka sama-sama beroperasi di Tokyo.
Nihon Kotsu yang jadi rekan Line memiliki kelebihan berupa jumlah armadanya. Sedangkan Uber, meski bekerja sama dengan perusahaan taksi lokal, cenderung lebih sulit ditemukan.
Tech in Asia melaporkan bahwa ketika mencoba menggunakan aplikasi Line Taxi di stasiun Shinjuku, pengguna menemukan ada 5 taksi yang siap sedia di wilayah tersebut. Namun saat beralih pada aplikasi Uber, tak ada satu taksi pun yang tampak di sana.
Line Taxi juga punya kelemahan. Layanan tersebut mensyaratkan penggunanya harus memiliki kartu kredit Jepang. Model seperti ini cenderung tidak ramah untuk para pelancong dari negara lain. Padahal prediksinya Negeri Sakura itu akan kebanjiran turis 20 juta orang per tahun pada 2020 mendatang. (Yoga Hastyadi Widiartanto)