Dalam dokumen manual A320 juga disebut bahwa jika FAC 1 dan 2 dimatikan, rudder travel limit system, rudder trim control, yaw damper, dan PFD (primary flight display) yang menunjukkan informasi karakteristik kecepatan pesawat tidak berfungsi.
Dalam kasus QZ8501, sebagaimana diberitakan sebelumnya, berdasar sumber KNKT, pilot diketahui berusaha mengatasi kendala komputer FAC sebelum menanjak secara drastis dan akhirnya jatuh.
Temuan KNKT dari cockpit voice recorder (CVR) sendiri mengatakan peringatan stall dalam Airbus A320 QZ8501 berbunyi. Hal tersebut menunjukkan QZ8501 saat itu terbang bukan dalam kondisi normal law, melainkan alternate law, di mana beberapa proteksi pesawat tidak bekerja.
Dalam kondisi alternate law, pilot masih bisa mengendalikan pesawat secara manual. Hanya saja, proteksi otomatis pesawat tidak bekerja. Pilot masih bisa mengandalkan instrumen-instrumen di kokpit untuk menjaga limitasi gerak pesawat agar tidak masuk dalam kondisi yang membahayakan.
Lalu, apa yang menyebabkan pesawat terbang dalam alternate law? Menurut Gerry, hal itu bisa saja disebabkan sistem Yaw Damper (sistem yang menjaga agar pesawat tetap terbang lurus dengan kemudi serong (rudder) di sirip tegak pesawat) yang tidak bekerja karena rusak atau faktor lain.
Faktor lain adalah FAC 1 dan 2 yang dimatikan secara bersamaan. Alternate law akan bekerja dan mengharuskan pilot me-reset-nya secara bergantian. Jika tidak bisa diatasi, kedua FAC harus dimatikan sepanjang penerbangan.
Komponen rudder travel limiter yang merupakan bagian dari komputer FAC milik PK-AXC memang beberapa kali dilaporkan bermasalah. Komponen tersebut menurut Indonesia AirAsia telah diperbaiki.
Pada hari kejadian QZ8501 jatuh pun, Minggu (28/12/2014), tim investigasi KNKT menyatakan pesawat dinyatakan dalam kondisi laik terbang.
Kemungkinan apakah masalah dengan rudder travel limiter ini kembali terjadi saat pesawat dalam perjalanan menuju Singapura belum bisa dikonfirmasi.
Bagaimanapun, Gerry menekankan agar setiap pihak menghormati proses investigasi yang dilakukan KNKT dan berhati-hati dalam setiap menerima bocoran informasi tentang kasus QZ8501 serta tidak membuat kesimpulannya sendiri.
"Jangan sampai kita membentuk persepsi sendiri berdasar informasi yang setengah-setengah," demikian ujar Gerry. (Rieska K)