News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pesawat Germanwings Jatuh

Beda Jatuhnya Pesawat AirAsia QZ8501 dengan Germanwins 4U9525

Editor: Fajar Anjungroso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gambaran suasana kokpit pesawat Germanwings di atas Pegunungan Alpen.

TRIBUNNEWS.COM – Jaksa penyidik di Marseille, Perancis, Brice Robin, mengatakan bahwa kopilot penerbangan Germanwings 4U9525 secara sengaja menabrakkan pesawat dengan 150 orang di dalamnya ke Pegunungan Alpen.

Jika semua dugaan di atas adalah benar, maka kecelakaan Germanwings penerbangan 4U9525 ini bisa dimasukkan ke dalam kategori controlled flight into terrain (CFIT).

Di Indonesia, contoh kasus CFIT bisa dilihat dari kejadian pesawat Sukhoi yang menabrak Gunung Salak di Bogor, atau Garuda Indonesia yang menabrak Gunung Sibayak di Medan.

Bedanya, kasus di atas terjadi bukan atas kehendak pilot atau kopilot yang mengawaki pesawat, sementara Germanwings 4U9525 dilakukan secara sengaja.

"Ya, (termasuk CFIT) karena pesawat tidak sedang dalam kondisi hilang kontrol, dan dilakukan dengan sengaja dengan mengubah MCP," ujar pengamat penerbangan Gerry Soejatman saat dihubungi KompasTekno, Jumat (27/3/2015).

Hal tersebut juga sesuai dengan data yang ditunjukkan oleh Flightradar24 yang menyebut rate of descend Germanwings 4U9525 saat menurunkan ketinggian tergolong konstan (garis biru dalam grafik), yaitu antara minus 3.800 kaki hingga minus 4.000 kaki per menit.

Berbeda dengan bocoran data yang beredar pada kasus AirAsia Indonesia QZ8501. Saat itu, menurut rekaman data ADS-B, pesawat terjun dari ketinggian dengan rate of descend yang semakin besar, hingga 11.000 kaki per menit.

Penurunan ketinggian dengan rate of descend 4.000 kaki per menit itu masih tergolong dalam pengoperasian normal, dalam artian masih nyaman bagi penumpang.

Pesawat yang dalam kondisi darurat, seperti kabin dalam keadaan dekompresi, akan menurunkan ketinggian sesegera mungkin dengan rate of descend antara 7.000 dan 8.000 kaki per menit.

Jaksa Robin menyimpulkan, berdasarkan data di atas, kopilot dengan sengaja membawa pesawat jatuh. Selain itu, ia juga tidak mendengar ada suara kepanikan dari dalam kokpit, seperti saat dalam bahaya.

"Suasana di kokpit benar-benar sunyi, napas (kopilot) juga terdengar normal, biasa saja, tidak sedang dalam kondisi panik dan dia tidak mengatakan apa-apa. Sangat sunyi," demikian kata Robin.

Kopilot yang berkewarganegaraan Jerman itu pun, menurut tim investigasi, pernah mengalami depresi. Hal itu diketahui setelah tim investigasi memeriksa catatan kesehatan kopilot Germanwings 4U9525.

Walau demikian, pihak Lufthansa telah menegaskan bahwa kedua pilot yang mengawaki Germanwings 4U9525 dinyatakn sehat dan memiliki kualifikasi untuk menerbangkan A320.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini