TRIBUNNEWS.COM – Aplikasi pesan instan WhatsApp sebentar lagi akan gratis sepenuhnya.
Sebagai gantinya, perusahaan menyusun strategi monetize baru yang ditujukan untuk pengguna tingkat perusahaan.
Selama ini, WhatsApp memang hanya gratis untuk satu tahun pertama.
Setelah masa tersebut habis maka pengguna mesti memperpanjang masa pakai dengan membayar Rp 12.000 per tahun.
Kemarin (18/1/2016), dalam konferensi DLD di Munich, Jerman, Chief Executive Officer WhatsApp Jan Koum mengumumkan rencana menggratiskan aplikasi tersebut.
"Kami akan berhenti meminta biaya berlangganan sebesar Rp 12.000," terangnya.
Jumlah pengguna aplikasi pesan instan ini sudah mendekati 1 miliar orang.
Pada September 2015 lalu, WhatsApp sudah memiliki 900 juta orang pengguna dan kini diperkirakan sudah berkembang 990 juta.
Koum memang mengatakan rencana masa depan WhatsApp tidak terkait dengan iklan.
Namun tak bisa dipungkiri bahwa jumlah pengguna sebanyak itu merupakan lahan garapan yang menarik bagi para pengiklan digital.
Di sisi lain, sulit untuk mengukur berapa banyak pemasukan WhatsApp dari biaya berlangganan per tahun sebesar Rp 12.000 itu.
Lagipula hingga saat ini masih ada saja orang yang masih bisa menggunakan WhatsApp meski tidak membayar sepeserpun.
Informasi mengenai biaya WhatsApp untuk rencana layanan komersil business-to-consumer pun belum jelas.
Koum hanya mengatakan akan mulai uji coba pada thaun ini.
"Kami akan menguji alat yang membuat Anda bisa memakai WhatsApp sebagai sarana komunikasi dengan bisnis dan organisasi yang diinginkan," ujarnya.
"Kami ingin membangun sesuatu yang utilitarian, yang membuat perusahaan seperti American Airlines atau Bank of America berkomunikasi lebih efisien melalui aplikasi pesan instan," imbuh Koum.