TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Laporan Norton Cyber Security Insight Report menemukan fakta 37 persen orang tua Modern/Millenial di Indonesia yang disurvei percaya anak-anak mereka lebih mungkin untuk diintimidasi di dunia online dibandingkan di tempat bermain.
Sebanyak 68 persen khawatir anak-anak mereka akan memberikan informasi pribadi terlalu banyak kepada orang asing.
Norton Cybersecurity Insights Report adalah sebuah survei online terhadap 21.302 pengguna perangkat mobile yang berusia 18 tahun ke atas di 21 negara, yang dilaksanakan oleh Norton by Symantec dan dipublikasikan oleh lembaga riset Edelman Berland and Morar Consulting.'
Orangtua juga khawatir tentang anak-anak mereka yang tertarik untuk bertemu dengan orang asing di luar (69 persen) dan lebih banyak orang tua yang khawatir jika anak-anak mereka akan diintimidasi secara online (61 persen) dibandingkan jika anak-anak mereka mengambil peran sebagai pengganggu secara online (55 persen).
Lebih dari setengah (56 persen) orang tua di Indonesia khawatir anak-anak mereka akan melakukan sesuatu secara online yang akan menempatkan seluruh keluarga dalam bahaya.
Lebih dari 7 dari 10 orangtua (73 persen) mengatakan bahwa anak mereka telah mengalami kejahatan online.
Untuk mengurangi kekhawatiran ini, kebanyakan orangtua melakukan sesuatu untuk melindungi anak-anak mereka dari aktifitas online.
LAbih dari 3 dari 5 orang tua (63 persen) membatasi akses ke situs web tertentu, 62 persen hanya mengizinkan akses internet dengan pengawasan orangtua, 54 persen memeriksa riwayat browser mereka dan 43 persen membatasi informasi yang mereka pasang tentang anak-anak mereka di profil sosial.
Choon Hong Chee, Director, Asia Consumer Business Symantech mengatakan, saat ini anak-anak menjadi semakin nyaman dengan perangkat teknologi seperti smartphone atau tablet.
"Sehingga orangtua harus proaktif dalam mendidik anak-anak mereka tentang keamanan online," katanya.
Disebutkan, melindungi anak-anak di dunia online menjadi beban yang lebih berat bagi para orang tua dari masalah yang pernah ada karena cyberbullying, predator online dan masalah keamanan privasi yang sekarang menjadi kekhawatiran dunia nyata.