TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Grab tak lagi menggelontorkan subsidi penuh kepada pengguna layanan ride-sharing.
Ini berarti pengguna bakal membayar lebih mahal dari sebelumnya.
Kebijakan pemangkasan subsidi hingga 50 persen itu diakui CEO Grab Anthony Tan bakal berpengaruh terhadap minat pasar.
Dia menegaskan tak khawatir terhadap berkurangnya jumlah pengguna.
”Grab lebih fokus pada bisnis yang berkelanjutan dan memberi solusi transportasi. Subsidi yang diberikan tak akan jadi solusi,” katanya dalam media gathering di Jakarta, Selasa (19/7/2016).
Anthony melanjutkan, keberlanjutan bisnisnya tak semata-mata dilihat dari kuantitas armada.
Justru, stabilitas bisnis ditopang dari jumlah penumpang dan besaran subsidi.
”Kalau terus-terusan dikasih subsidi sama saja jumlah armada yang ada tak berarti apa-apa,” tukasnya.