TRIBUNNEWS.COM - Google sedang terbelit masalah pajak di Indonesia. Perusahaan internet itu disebut oleh Dirjen Pajak menunggak pembayaran pajak dalam lima tahun terakhir.
Utang pajak Google pada 2015 saja ditaksir mencapai Rp 5 triliun. Lantas, dari mana sumber pendapatan Google?
Posisi strategis Google tak lepas dari banyaknya portofolio bisnis yang dimiliki, sehingga pundi-pundi duitnya juga mengalir dari segala penjuru.
Selama 2015 saja, penghasilan Google mencapai 75 miliar dollar AS atau Rp 987 triliun.
Bisnis inti Google sendiri adalah mesin pencari.
Perusahaan yang lahir dari teras rumah tersebut tak ubahnya "kiblat" informasi bagi masyarakat maya, mulai dari mencari resep makanan hingga harga saham teranyar.
Tak berhenti di mesin pencari, Google kemudian membuat layanan-layanan turunan semacam Gmail, YouTube, Search, Drive, Maps, hingga Play Store.
Tiap layanan punya fungsi yang signifikan untuk membantu aktivitas sehari-hari masyarakat modern.
Di sisi lain, Google pun terbantu karena pengguna dengan sukarela -dan mungkin tak sadar- telah menyerahkan informasi personal.
Apa musik yang disukai si A? Bagaimana kebiasaan si A menonton YouTube? Apa yang sering dicari si A di Search? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut terhimpun di Google.
Meski terkesan remeh-temeh, informasi itu sejatinya bernilai emas bagi pengiklan agar tepat sasaran dalam memasarkan produk dan jasanya.
Dari 75 miliar dollar AS penghasilan Google pada 2015, sebanyak 52,4 miliar dollar AS (Rp 689 triliun) atau mayoritasnya, berasal dari AdWords.
Fitur tersebut memungkinkan pengiklan menjangkau khalayak online dengan beriklan di platform Google.
Jika Anda pernah mencari suatu informasi, misalnya "bunga murah" di kolom pencarian Google, Anda bakal mendapati beberapa baris hasil penelusuran teratas yang disematkan embel-embel "Ad".
Informasi itu dipasang oleh pengiklan yang menggunakan fitur AdWords Google.
Selain AdWords, AdSense, dan AdMob, pendapatan Google lainnya berasal dari layanan Freemium. Jangan harap pendapatan dari sumber ini akan spektakuler seperti yang sudah-sudah.
Digabung dengan pemasukan-pemasukan "receh" Google lainya, kontribusi layanan Freemium ke kas Google cuma 7,2 miliar dollar AS atau Rp 94 triliun pada 2015.
Freemium sendiri merupakan model bisnis di mana Google menawarkan fitur dasar kepada pengguna dengan batasan tertentu. Pengguna harus membayar untuk memaksimalkan fitur tersebut. (Fatimah Kartini Bohang/kompas.com)