TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - BlackBerry secara mengejutkan mengumumkan berhenti mengembangkan dan memproduksi smartphone secara mandiri.
Mulai pengumuman tersebut, perusahaan smartphone asal Kanada ini mengaku akan berfokus ke industri software.
Meski begitu, perusahaan yang pernah berjaya di dunia smartphone ini tidak benar-benar melupakan produk handset.
BlackBerry mendirikan sebuah perusahaan baru bernama PT BB Merah Putih.
Perusahaan itu akan mengurusi bisnis tersebut, dari desain, memproduksi, hingga memasarkan perangkat Android BlackBerry, khususnya di pasar Indonesia.
BB Merah Putih sendiri merupakan perusahaan joint venture yang dibentuk bersama dengan sebuah perusahaan asal Indonesia, PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk.
Tiphone adalah afiliasi dari PT Telkom, operator terbesar di Indonesia.
Pertanyaannya, dari sekian banyak negara yang ada, mengapa BlackBerry memutuskan untuk bekerja sama dengan perusahaan asal Indonesia?
Menurut Chief Operating Officer Devices BlackBerry, Ralph Pini, keputusan pendirian BB Merah Putih diambil karena basis pengguna, baik itu perangkat maupun BlackBerry Messenger (BBM), yang sangat besar di Indonesia.
"Kami masih memiliki jutaan pengguna aktif (handset maupun BBM) di Indonesia," kata Pini melalui sambungan telepon, Kamis (29/9/2016). Meski begitu, dia menolak untuk menyebut angka pastinya.
Selain itu, Pini menganggap brand BlackBerry sudah sangat dikenal di Indonesia.
Secara historis, masih menurutnya, Indonesia merupakan salah satu pasar terbesar BlackBerry.
"Ini merupakan sebuah keputusan mudah untuk terus mempromosikan apa yang secara historis telah menjadi pasar yang kuat bagi BlackBerry," tutur Pini.
Upaya BlackBerry memproduksi handset Android di Tanah Air juga bagian dari upaya pemenuhan syarat tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) ponsel 4G.
Setelah Indonesia, apakah BlackBerry masih punya rencana untuk membuat model bisnis serupa?
Menurut Pini, BlackBerry masih akan terus mempromosikan handset di seluruh dunia. Oleh karena itu, pihaknya sedang mempertimbangkan model bisnis serupa di negara lain.
"Tapi belum tentu bentuknya perusahaan joint venture seperti di Indonesia (BB Merah Putih)," pungkasnya. (Deliusno/kompas.com)