TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - BlackBerry Messenger (BBM) masih memiliki banyak pengguna di Indonesia.
Itu alasannya BBM bekerja sama dengan grup media Emtek mengembangkan ekosistem layanan chatting itu di Tanah Air.
CEO BBM Matthew Talbot mengungkapkan beberapa fakta terkait pengguna BBM di Tanah Air.
Beberapa di antaranya seperti jumlah pengguna, pengguna aktif bulanan, hingga berapa lama waktu yang dihabiskan di layanan pesan instan itu.
Menurut Talbot, saat ini jumlah smartphone di Indonesia yang memasang aplikasi BBM adalah sebanyak 65 juta. Sebanyak 75 persen atau 48,7 juta di antaranya adalah pengguna aktif bulanan BBM.
Selain itu, Talbot juga mengungkapkan bahwa dari jumlah pengguna aktif tersebut, waktu yang dihabiskan untuk mengakses layanan BBM per hari jika dijumlahkan adalah 70 menit.
"BBM masih besar di Indonesia, kami juga terus mencari cara agar bagaimana orang mau kembali menggunakan BBM," ujar Talbot.
Fokus BBM di Indonesia saat ini adalah membuat pengguna lebih lama lagi dalam mengakses layanannya dan memberikan pengalaman penggunaan yang menyenangkan.
Caranya, BBM membuat pengalaman penggunaan yang bagus dan akses yang cepat, salah satunya memindahkan server ke Indonesia.
"Pengalamaan penggunaan itu segalanya, kami ingin orang kembali mengeksplor BBM," kata Talbot. Melalui pengalaman yang menyenangkan itulah BBM berharap pengguna aktif bulanannya juga bertambah.
Saat disinggung tentang target pertumbuhan pengguna di Indonesia, Talbot mengakui BBM memiliki target. Namun, ia tidak bisa membagi berapa target penambahan pengguna yang ingin dicapai BBM dan kapan target itu akan dipenuhi.
"Yang pasti kami ingin menggandakan waktu pengguna di BBM, riset Google menyebut orang menghabiskan waktu selama 140 menit untuk chatting (semua platform). Kalau sekarang pengguna BBM 70-an menit, maka target 100 menit-an masih masuk akal," kata Talbot.
Dari sisi pengguna aktif bulanan, Talbot berkata jika saat ini ada sekitar 90 juta orang Indonesia yang terhubung dengan internet.
Sementara pengguna BBM saat ini sebanyak 65 juta, maka target penambahan sekitar 10-an juta juga dianggap masih masuk akal.
(Reska K. Nistanto/kompas.com)