TRIBUNNEWS.COM - Pada September 2016 lalu, Spotify dikabarkan tertarik untuk meminang layanan musik digital, SoundCloud.
Namun kini, merger antara keduanya dikabarkan batal terjadi.
Pasalnya, dikutip dari Tech Crunch, Jumat (9/12/2016), Spotify mengundurkan diri dari proses negosiasi.
Spotify beralasan takut proses akuisisi SoundCloud itu bisa membawa efek negatif pada persiapan initial public offering (IPO) perusahaan.
Spotify memang belum mengumumkan akan melakukan IPO (melantai di bursa saham) pada 2017, tetapi spekulasi itu telah beredar. Termasuk putaran pendanaan dengan insentif yang dikait-kaitkan dengan listing saham.
Sumber dalam Spotify yang tidak mau disebut namanya mengatakan bahwa Spotify mundur karena "Spotify tidak ingin dipusingkan dengan urusan lisensi di tahun Spotify berpotensi melakukan IPO".
Akuisisi memang melibatkan hitung-hitungan yang rumit. Spotify tentu tidak ingin menghabiskan energinya saat melakukan IPO.
Baik Spotify maupun Soundcloud belum bersedia memberikan pernyataan terkait kabar batalnya merger antara kedua perusahaan itu.
Sebelumnya, Spotify memang berminat membeli platform musik digital SoundCloud. Pembelian ini disinyalir sebagai langkah perusahaan memperkuat diri seiring persaingan dengan Apple.
Pembicaraan antara Spotify dan SoundCloud mengemuka seiring dengan ekspansi Apple dan Amazon ke dalam industri musik.
Keduanya baru saja meluncurkan platform streaming musik masing-masing. Efeknya memaksa para pemain independen untuk berkonsolidasi supaya bisa tetap bertahan.
SoundCloud sendiri baru saja mendapatkan pendanaan 100 juta dollar AS atau sekitar Rp 1.2 triliun pada Juni lalu. Valuasi terakhir mereka ada di kisaran nilai 700 juta dollar AS atau setara Rp 9 triliun.
SoundCloud merupakan platform komunitas pecinta musik yang beranggotakan 200 juta orang dan menyimpan sekitar 135 juta judul lagu. Sayangnya, meski punya pengguna sebesar itu, SoundCloud sama sekali belum menghasilkan untung.
Spotify sendiri sudah pernah mengajukan negosiasi untuk membeli SoundCloud, tepatnya pertengahan awal tahun 2015. Namun negosiasi itu berujung buntu karena keduanya tak menemukan harga yang disepakati.
(Reska K. Nistanto/kompas.com)