TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Go-Jek Tech Valley (GTV), pusat riset pengembangan aplikasi Go-Jek di Yogyakarta, dikabarkan sudah berhenti beroperasi.
Kabar tersebut santer beredar sejak Selasa (20/12/2016) malam. Benarkah demikian?
Untuk memastikan kabar ini, sengaja menghubungi juru bicara Go-Jek, Rindu Ragilia.
Menurut Rindu, kabar tentang Go-Jek yang menutup kantornya di Yogyakarta tidak benar.
Rindu lebih senang menggunakan istilah, Go-Jek mengintegrasikan dan mengonsolidasikan pusat pengembangan dan engineering Go-Jek di Indonesia ke Jakarta.
"Kami memberikan kesempatan kepada setiap karyawan di Yogyakarta untuk pindah ke Jakarta," kata Rindu kepada KompasTekno melalui layanan pesan singkat, Rabu (21/12/2016).
Go-Jek punya alasan sendiri di balik keputusan tersebut. Menurut Go-Jek, tim developer nantinya bisa mendapat akses lebih luas terhadap pengalaman dan pengetahuan baru.
Dengan cara seperti ini, developer diharapkan bisa menghasilkan produk dan layanan yang dapat menjadi solusi permasalahan sehari-hari bagi semua pengguna dan membantu mitra Go-Jek meningkatkan kesejahteraan.
Lantas sempat pula menghubungi salah satu developer yang bernaung di GTV.
Developer yang menolak disebut namanya itu mengutarakan bahwa developer Go-Jek sejatinya ditawari dua pilihan, yakni pindah ke Jakarta atau mundur dari perusahaan.
"Tidak ada PHK, memang ada beberapa yang menolak dan memilih untuk stay di Yogyakarta," katanya.
"Kalau mau ikut ke Jakarta ya ikut, kalau nggak mau ikut ya mundur," imbuhnya.
Developer tersebut membeberkan selama ini ada hambatan komunikasi antara kantor Go-Jek di Jakarta, Yogyakarta, dan Bengaluru di India.
Oleh karena itu, pemindahan kantor Go-Jek di Yogyakarta ke Jakarta diharapkan bisa menjadi solusi masalah ini.
GTV didirikan di Yogyakarta pada September 2015 lalu. Hingga kini, GTV memiliki sekitar 70 orang developer. Tidak diketahui detail jumlah developer Go-Jek yang menerima tawaran pindah ke Jakarta.
(Reska K. Nistanto/kompas.com)