TRIBUNNEWS.COM - Donald Trump resmi menjadi Presiden Amerika Serikat dan berkegiatan di White House sejak dilantik pada 20 Januari lalu.
Lebih kurang enam hari menjabat, Trump masih betah menggunakan smartphone Android lamanya.
Smartphone itu tak lain adalah seri Galaxy bikinan Samsung. Tak jelas model spesifiknya apa, namun diduga kuat merupakan Galaxy S3 keluaran 2013, sebagaimana dilaporkan Engadget dan dihimpun, Kamis (26/1/2017).
Dugaan itu menyusul beberapa foto yang tertangkap ketika Trump mengoperasikan smartphone-nya di White House.
Desain smartphone mirip Galaxy S3 yang terakhir kali mendapat pembaruan keamanan pada pertengahan 2015 lalu.
Sistem operasi Galaxy S3 juga rata-rata masih Android 4.3 "Jelly Bean" yang lawas. Jika ini benar, Trump bisa dibilang turut membahayakan keamanan negara.
Pasalnya, di zaman kejahatan maya seperti sekarang, pemimpin negara menjadi sasaran utama untuk diretas.
Ponsel Android standar Trump akan lebih mudah diretas sehingga komunikasi penting terkait negara bisa diketahui orang-orang yang semestinya tak tahu.
Standar White House
Gedung Putih sejatinya memiliki dua lembaga khusus untuk memikirkan alat komunikasi terbaik bagi Presiden AS. Keduanya adalah Communications Agency dan Secret Service.
Ada beberapa standar yang dijadikan patokan untuk smartphone Presiden AS. Pertama, ponsel itu tak boleh terkoneksi dengan internet, melainkan cuma bisa menelepon dan mengirim pesan ke keluarga dan kelompok kecil yang paling dipercaya.
Trump tentu bisa tetap berkicau di Twitter, namun via ponsel lain yang khusus untuk berkicau dan berkegiatan media sosial. Ponsel itu pun dijaga ketat keamanannya.
Kedua, tak boleh ada GPS. Fitur lokasi tersebut haram hukumnya dibenamkan di ponsel Presiden AS.
Sebab, lokasi merupakan informasi penting yang bisa digunakan pihak tertentu untuk membahayakan keamanan pemimpin negara Adikuasa.
Akankah Trump mau merelakan kelengkapan fitur di ponsel Android-nya untuk menjamin keamanan negara? Belum ada yang bisa menjawab.
Trump pun belum menanggapi kritikan yang masuk karena dirinya bersikeras menggunakan ponsel pribadinya hingga sekarang.
(Fatimah Kartini Bohang/kompas.com)